IN, TORAJA— Di tengah pesatnya kemajuan teknologi pertanian, para petani di Toraja masih mempertahankan metode tradisional dalam menentukan waktu tanam. Mereka tidak hanya mengandalkan kalender atau ramalan cuaca dari internet, tetapi juga membaca pergerakan bintang di langit.
Tradisi ini dikenal dengan sebutan “Mebali Bintang”, sebuah kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Bagi petani Toraja, langit malam bukan sekedar pemandangan indah, tetapi juga peta yang memberi petunjuk tentang pergantian musim.
Sebelum menggarap sawah, para tetua adat dan petani berpengalaman akan mengamati posisi bintang tertentu. Jika bintang tersebut tampak terang di langit malam, itu menjadi pertanda bahwa musim hujan akan segera tiba, waktu yang tepat untuk mulai menanam padi.
Malin, seorang petani di Toraja, telah menggunakan metode ini sejak kecil, mengikuti ajaran para leluhurnya.
“Dulu, kami tidak punya kalender pertanian atau ramalan cuaca dari internet. Kami hanya melihat bintang, dan itu sudah cukup untuk menentukan kapan harus menanam agar panen berhasil,” ujarnya, Jumat (31/01/2025).
Menurutnya, metode ini terbukti akurat selama bertahun-tahun, membantu petani menghindari gagal panen akibat salah menentukan waktu tanam.
Namun, seiring dengan perubahan iklim yang semakin ekstrem, metode Mebali Bintang mulai menghadapi tantangan. Cuaca yang tidak menentu membuat pergerakan bintang tidak selalu bisa diandalkan seperti dulu.
Beberapa petani pun mulai beralih ke teknologi modern, seperti aplikasi perkiraan cuaca atau informasi dari dinas pertanian.
“Sekarang cuaca sulit ditebak. Kadang bintang menunjukkan tanda hujan, tapi yang terjadi justru kemarau berkepanjangan. Jadi kami juga harus menggunakan informasi dari ponsel atau pemerintah,” kata seorang petani.
Meski begitu, banyak yang percaya bahwa Mebali Bintang tetap memiliki nilai penting, bukan hanya sebagai penanda musim, tetapi juga sebagai warisan budaya yang harus dijaga. (*/)
Penulis: Priskawati Pakila’