Budaya  

Menghidupkan Kembali Gotong Royong di Sawah, Kunci Kesejahteraan Petani

Menghidupkan Kembali Gotong Royong di Sawah, Kunci Kesejahteraan Petani
ILUSTRASI. Menghidupkan Kembali Gotong Royong di Sawah, Kunci Kesejahteraan Petani. (foto:istimewa)

IN, TORAJA— Di tengah modernisasi pertanian yang semakin pesat, sistem gotong royong yang telah lama menjadi tradisi di kalangan petani mulai ditinggalkan.

Padahal, sistem ini bukan hanya sekadar bentuk kerja sama, tetapi juga menjadi bagian dari kearifan lokal yang memperkuat hubungan sosial antarpetani.

Marten, seorang petani di Toraja, mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena ini. Menurutnya, semakin sedikit masyarakat yang bersedia bergotong royong dalam mengelola sawah, terutama saat musim panen tiba.

“Dulu, kalau panen, semua warga ikut membantu. Sekarang, kebanyakan sudah pakai mesin. Memang lebih cepat, tapi kebersamaan jadi berkurang,” ujar Marten. Ia menambahkan bahwa generasi muda kini lebih tertarik bekerja di sektor lain daripada turun ke sawah.

Akibatnya, tradisi gotong royong yang dulu menjadi ciri khas kehidupan petani perlahan mulai memudar. Melihat kondisi ini, beberapa kelompok tani berinisiatif menghidupkan kembali semangat kebersamaan dalam bercocok tanam.

Salah satu program yang mulai diterapkan adalah “Sawah Bersama”, di mana para petani sepakat untuk mengelola lahan secara kolektif. Dengan sistem ini, mereka berbagi tugas dalam proses penanaman hingga panen, sekaligus membagi hasil dengan adil.

Selain itu, dinas pertanian setempat turut mendukung upaya ini dengan mendorong penggunaan teknologi yang tetap mempertahankan prinsip gotong royong. Mesin-mesin pertanian modern kini digunakan secara bersama, sehingga petani tetap bisa menikmati manfaat teknologi tanpa kehilangan nilai kebersamaan. (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *