back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
26.4 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

ChatGPT dan AI: Menggali Jejak Karbon di Balik Kecanggihan

Inspirasinusantara.id -- Di balik satu pertanyaan yang kita ketik ke ChatGPT, tersembunyi aliran listrik dan tetesan air yang bekerja diam-diam. Teknologi ini memang mengagumkan,...
BerandaBudayaOpiniMemaafkan Bukan Kehinaan, Memberi Maaf Tak Membuat Rugi

Memaafkan Bukan Kehinaan, Memberi Maaf Tak Membuat Rugi

Penulis: Suryadi Mas (Jurnalis)

INSPIRASI NUSANTARA — Di bawah langit yang bertasbih atas izin Ilahi, kita berkumpul dalam kemenangan sejati. Bukan hanya karena telah menuntaskan puasa di bulan yang suci, tetapi juga karena berhasil menundukkan hawa nafsu, menjadikan diri ini jiwa-jiwa yang lebih suci.

Kini, cahaya matahari dan alunan takbir membelah langit yang tinggi, mengiringi syukur yang mengalir deras dari dalam sanubari. Tepat pada Senin (31/3/2015), alam semesta bertasbih, menyaksikan wajah-wajah berseri nan bersih setelah satu bulan berpuasa karena Allah, tanpa pamrih.

Di titik ini, kita berhenti sejenak dari bulan suci Ramadan, namun dari Idulfitri, kita kembali berlari mengejar badai hingga berhenti di titian Ilahi.

Pada pagi yang penuh berkah ini, hati yang haus akan rahmat Allah dipenuhi keceriaan yang mendalam, dibasuh lautan ampunan dari-Nya, Tuhan semesta alam.

Tutur bijak berkata, “Memaafkan tidak akan membuat kita hina, meminta maaf tidak meruntuhkan harga diri. Saling memaafkan justru menjadikan kita lebih mulia.” Demikian pesan moral yang diwariskan oleh para pendahulu.

Memaafkan dan meminta maaf adalah tanda kekuatan dan keberanian, bukan kelemahan. Dengan saling memaafkan, kita memperkuat hubungan sosial, menghilangkan dendam dan sakit hati, serta menciptakan suasana yang lebih harmonis dan damai.

Saat Hari Raya Idulfitri atau Lebaran tiba, harapan terbesar banyak orang adalah mendapatkan dan memberikan maaf. Selama setahun, kita sering kali disibukkan oleh aktivitas yang, tanpa disadari, mungkin telah melukai perasaan orang lain.

Idulfitri bukan sekadar hari perayaan. Bukan hanya tentang pakaian baru dan aneka hidangan lezat. Bukan pula hanya tentang perjalanan dan kesenangan duniawi. Idulfitri adalah momentum menguatkan tekad baja, menjadi hamba Allah yang patuh pada perintah-Nya, serta berusaha meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya.

Idulfitri adalah tentang hati yang kembali suci, tentang ruh yang bersujud dalam kedamaian. Ini adalah momen merasakan kelembutan kasih sayang Allah yang Maha Abadi. Idulfitri adalah panggilan untuk kembali pada kesucian, memperkuat silaturahmi, dan menumbuhkan kebersamaan.

Kita diajak untuk menanamkan kasih sayang kepada mereka yang selama ini telah menemani perjalanan hidup kita. Semoga kebahagiaan ini tidak hanya berhenti pada hari ini, tetapi terus menyala dalam setiap langkah kehidupan.

Momen Idulfitri memiliki nilai ukhuwah yang erat dan menjaga hubungan baik antarsesama. Hari ini adalah penutup bulan Ramadan sekaligus pembuka lembaran baru yang penuh kesucian. Hal yang terpenting adalah membuka jendela hati untuk saling berbagi dan saling memaafkan.

Pagi ini, seluruh umat Muslim bergegas menuju masjid, lapangan, dan berbagai tempat lain untuk melaksanakan salat Id berjamaah.

Makna Idulfitri dapat diartikan sebagai puncak dari ibadah puasa Ramadan. Ini adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan menahan haus, lapar, dan dahaga.

Sebagai sesama umat beragama, kita diajarkan untuk saling memaafkan dan menjaga silaturahmi demi menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat.

Kesalehan sosial tidak semata-mata tentang memberi dan meminta. Hakikatnya, kesalehan sosial terwujud dalam bagaimana setiap orang bisa merasakan kebersamaan dalam mengarungi kehidupan.

Arti dari kesalehan sosial adalah saat kita bisa duduk sama rata, berdiri sama tinggi, dan makan dengan rasa yang sama. Bagaimana yang berkecukupan bisa memahami perjuangan mereka yang kurang beruntung.

Ingatlah, di Hari Raya Idulfitri ini, ada yatim piatu yang mungkin merasa kehilangan, yang hanya bisa menyapa dunia dengan air mata. Maka, sungguh mulia hidup ini jika kita mau berbagi.

Ramadan telah berlalu, fajar kemenangan telah menyambut. Membawa sinar terang kedamaian dan kesucian. Selamat datang, 1 Syawal, Idulfitri yang suci. (*)