back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
33.3 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Menjelajahi 5 Tempat Wisata Sulsel Lewat Lima Indra 

inspirasinusantara.id -- Sulawesi Selatan tidak pernah kehabisan pesona ketika berbicara soal tempat wisata. Dari pesisir hingga pegunungan, provinsi ini menyimpan kekayaan budaya dan lanskap...
BerandaBudayaPerkembangan Musik Tradisional Makassar: Dari Ritual ke Hiburan Masyarakat

Perkembangan Musik Tradisional Makassar: Dari Ritual ke Hiburan Masyarakat

INSPIRASI NUSANTARA – Musik tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia. Musik tradisional tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki nilai ritual dan sosial yang tinggi.

Di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, musik tradisional telah mengalami perjalanan panjang yang menarik. Mulai dari penggunaannya di lingkungan kerajaan hingga menjadi hiburan yang populer di tengah masyarakat.

Pada masa sebelum tahun 1960-an, musik tradisional Makassar identik dengan kegiatan ritual yang bersifat sakral. Musik ini dimainkan dalam upacara adat, ritual keagamaan, dan pernikahan di istana kerajaan.

Namun, pada masa kolonial Belanda, musik ini mulai keluar dari konteks ritual. Para musisi tradisional dipaksa mengiringi tari-tarian untuk menghibur tamu Belanda, yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan dan tradisi lokal.

Perubahan besar mulai terjadi pada akhir 1960-an berkat upaya tokoh budayawati Andi Nurhani Sapada. Beliau memainkan peran penting dalam mendorong transformasi musik tradisional Makassar dari sekadar alat ritual menjadi seni pertunjukan yang bersifat hiburan.

Bersama kelompok musik “Baji Minasa” yang dipimpin oleh Daeng Ngiratte, Andi Nurhani menciptakan lagu-lagu etnik dalam gaya diatonis dan non-diatonis, yang kemudian dipopulerkan melalui siaran RRI Makassar.

Tidak hanya itu, pada tahun 1960, Andi Nurhani membentuk kelompok orkes kecapi-suling di Sidrap dan Makassar. Inovasi ini melahirkan berbagai jenis ansambel musik yang menggabungkan alat musik tradisional seperti gendang (ganrang) dengan alat musik Barat seperti drum, conga, klarinet, dan saksofon. Perpaduan ini menciptakan bentuk musik etnik baru yang kreatif dan mampu menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat.

Dukungan terhadap pelestarian musik tradisional semakin kuat pada periode 1960 hingga 1998 melalui peran aktif Dewan Kesenian Sulawesi Selatan (DKSS) dan Dewan Kesenian Makassar (DKM). Kedua lembaga ini mengemas musik tradisional agar lebih sesuai dengan selera masyarakat modern, termasuk melalui produksi kaset, CD, video klip, hingga pertunjukan yang dipromosikan oleh lembaga seperti Dinas Pariwisata dan Depdikbud.

Musik tradisional Makassar, yang dulunya hanya dipersembahkan dalam lingkungan kerajaan, kini telah menjadi bagian penting dari identitas budaya Sulawesi Selatan. Inovasi dan pelestarian yang dilakukan tokoh-tokoh seperti Andi Nurhani Sapada membuktikan bahwa seni tradisional dapat berkembang tanpa kehilangan akar budayanya, sekaligus menjadi daya tarik bagi generasi muda dan masyarakat luas. (*/IN)