IN, MAKASSAR – Teater SATU Makassar, kelompok ekstrakurikuler seni peran di SMA Negeri 1 Makassar, siap memukau penonton dengan pementasan Galigo: Nawanawana Sawerigading. Pertunjukan ini diadaptasi dari Sureq Galigo, karya sastra mitologi terpanjang di dunia yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia sejak 2011.
Pementasan ini akan menjadi salah satu unggulan dalam Festival Teater Berbahasa Daerah 2024 se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) yang digelar Balai Bahasa Sulsel, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada 13–15 Desember 2024 di Hotel Four Points By Sheraton, Makassar.
Seluruh kelompok peserta festival diwajibkan menggunakan bahasa daerah seperti Bugis, Makassar, Toraja, atau Mandar. Uniknya, Teater SATU Makassar memilih bahasa Bugis Kuno, yang merupakan bahasa asli dalam Sureq Galigo.
Langkah ini merupakan upaya untuk mengenalkan kembali ragam bahasa warisan Nusantara. Dalam sejarah pementasan bertema Sureq Galigo, penggunaan bahasa Bugis Kuno baru pertama kali diterapkan di atas panggung, menjadikannya daya tarik tersendiri.
Pementasan ini mengisahkan Sawerigading, putra mahkota Kerajaan Luwu, yang jatuh cinta pada saudara kembarnya, We Tenri Abeng. Namun, hubungan tersebut ditentang orang tua mereka, Raja Batara Lattuq dan Permaisuri We Datu Sengngeng, karena bertentangan dengan adat dan norma.
Karena cintanya tidak direstui, Sawerigading memilih meninggalkan Luwu. Ia bersumpah tidak akan kembali, bahkan melarang keturunannya untuk kembali ke tanah asal. Dalam pengembaraannya, Sawerigading menikahi I We Cudai di negeri Cina. Dari pernikahan itu, lahirlah I La Galigo, tokoh yang menjadi sentral dalam mitologi Bugis.
Persiapan pementasan dilakukan secara intensif selama lebih dari sebulan. Teater SATU Makassar memadukan berbagai unsur seni seperti musik, artistik, gerak tari, tata rias, busana, dan teknologi multimedia. Properti panggung seperti kain berhias aksara lontaraq Bugis-Makassar akan digunakan secara kreatif, menghadirkan visual pohon keramat Welenreng hingga perahu megah Sawerigading.
Kepala SMA Negeri 1 Makassar, Sulihin Mustafa, yang juga bertindak sebagai produser, menyatakan bahwa pementasan ini bertujuan melestarikan nilai budaya serta membentuk karakter siswa. “Kegiatan ini melatih siswa dalam kedisiplinan, kolaborasi, hingga kepemimpinan. Selain itu, ini juga upaya menjaga kekayaan seni budaya bangsa,” ujar Sulihin. (*/IN)