back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
33.3 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Google Messages Semakin Canggih: Kirim Pesan Aman, Bebas, Praktis!

inspirasinusantara.id – Google terus memperkuat posisi aplikasi Messages-nya sebagai alternatif serius bagi layanan perpesanan populer seperti WhatsApp dan Telegram. Dengan dukungan teknologi RCS (Rich...
BerandaBudayaKearifan Lokal Bugis Menuntun Hidup dari Telapak Tangan ke Takdir

Kearifan Lokal Bugis Menuntun Hidup dari Telapak Tangan ke Takdir

INSPIRASI NUSANTARA — Kearifan lokal bukan sekadar peninggalan cerita lama, melainkan kompas kehidupan yang masih digunakan masyarakat Bugis hingga hari ini, terutama dalam menentukan hari baik. Penanggalan tradisional ini menjadi pedoman penting dalam berbagai aspek kehidupan mulai dari memilih hari pernikahan, membangun rumah, hingga memulai usaha baru.

Di tengah derasnya arus modernisasi, masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan tetap memegang teguh kearifan lokal berupa sistem penanggalan tradisional. Bagi mereka, hari dan tanggal bukan sekadar penanda waktu, melainkan sarat akan makna spiritual dan mitologis.

Sistem penanggalan ini dikenal dengan nama Kutika Bilangeng atau Bilangeng Tellu, yang berlandaskan pada pergerakan bulan. Kearifan lokal dalam  pengetahuan ini diwariskan secara turun-temurun dan dipercaya mampu meramalkan datangnya keberuntungan maupun hambatan.

Dalam menentukan tanggal pernikahan, misalnya, masyarakat Bugis tidak hanya mengacu pada kalender umum, melainkan juga berkonsultasi dengan tokoh adat yang memahami siklus waktu berdasarkan kalender tradisional.

“Rilaleng ugie engka riaseng Bilangeng Tellu. Eppa ompo’na ulengnge nae lo riola mitaki tette’ makkada tette siaga makessing,” demikian kutipan dari salah satu tokoh adat dalam jurnal yang ditulis oleh Magfirah dkk.

Kutipan ini mengandung makna bahwa masyarakat Bugis memiliki sistem penanggalan tradisional yang menggunakan pergerakan bulan untuk menentukan waktu yang baik dan buruk.

Makna Siklus Waktu dalam Penentuan Hari

Kearifan lokal Sulsel dalam sistem peangggalan hari ini dibagi ke dalam beberapa jenis siklus: tiga, lima, tujuh, sembilan, dan dua puluh hari. Setiap siklus memiliki makna khusus.

“Misalnya, pada hari tertentu dalam satu siklus diyakini baik untuk kegiatan seperti menanam, merantau, memulai pekerjaan, hingga menggelar pernikahan”. Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Magfirah dkk.

Baca juga : Kearifan Lokal Jadi Penuntun Etika di Dunia Kerja Digital

Cara menghitungnya pun unik menggunakan telapak tangan dengan menghitung dari jari kelingking. Angka 1 hingga 3 dianggap membawa keberuntungan, sedangkan angka 4 dipercaya kurang baik untuk memulai sesuatu.

Yang menarik, proses menentukan hari pernikahan melibatkan komunikasi intens antara kedua keluarga, yang disaksikan langsung oleh tokoh adat. Proses ini bukan sekadar menetapkan tanggal, tetapi juga menjadi ruang pertukaran nilai, harapan, dan kesepahaman antar keluarga.

Tokoh adat berperan sebagai penjaga nilai tradisional sekaligus penasihat spiritual, memberikan dimensi kultural dalam setiap keputusan penting.

Kearifan Lokal dan Sistem Pengetahuan Masyarakat Bugis

Kearifan lokal ini menjadi bukti bahwa masyarakat Bugis memiliki sistem pengetahuan yang kompleks, filosofis, dan sarat makna. Di tengah arus digitalisasi, kearifan lokal ini tetap hidup dan mengakar dalam setiap keputusan besar dalam kehidupan masyarakat sebuah warisan budaya yang tak ternilai, patut diapresiasi dan dilestarikan. (*/IN)

Sumber : Jurnal, Magfirah, Iqbal, & Kahar. Pola Komunikasi dalam Penentuan Hari Pernikahan Suku Bugis di Kabupaten Sinjai. Universitas Hasanuddin.