INSPIRASI NUSANTARA–Meski sejumlah wilayah Indonesia mulai memasuki awal musim kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi cuaca ekstrem masih membayangi hingga 8 Mei 2025.
Dalam pernyataan resminya, BMKG mengungkapkan bahwa hujan deras dan angin kencang masih mungkin melanda beberapa daerah, meskipun sinyal kemarau telah mulai terasa. Hal ini dipicu oleh dinamika atmosfer yang masih aktif di berbagai belahan nusantara.
BMKG menyebutkan bahwa hingga awal Mei ini, sekitar 21 persen Zona Musim (ZOM) telah memasuki fase awal kemarau. Wilayah tersebut mencakup sebagian Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan selatan Papua.
Namun, bukan berarti langit cerah sepenuhnya akan mendominasi. “Cuaca panas memang mulai dirasakan di beberapa daerah, namun potensi hujan belum sepenuhnya menghilang,” tulis BMKG melalui akun Instagram resminya.
Baca juga : Cuaca Ekstrem, Pilih 3 Bahan Alami Ini
Mengapa Masih Terjadi Hujan di Musim Kemarau?
Walaupun suhu udara maksimum di Indonesia masih di bawah 35,5°C, kelembapan tinggi serta kecepatan angin yang rendah membuat cuaca terasa lebih panas dan lembap dari yang seharusnya. Ini juga berperan dalam pembentukan awan hujan di beberapa titik wilayah.
BMKG menyebut bahwa selama sepekan ke depan Indonesia masih berada dalam periode peralihan. Fenomena ini terjadi saat massa udara dari Belahan Bumi Utara dan Selatan bertemu di kawasan Indonesia dan membentuk sistem tekanan rendah.
Di antara sistem tersebut, terdapat Bibit Siklon Tropis 99W serta sirkulasi siklonik di Laut China Selatan dan perairan selatan Jawa-Bali.
“Pada periode ini, Bibit Siklon Tropis 99W terpantau di Laut Filipina, sebelah utara Papua Barat Daya,” terang BMKG.
Bibit ini diketahui memiliki kecepatan angin maksimum 15 knots, tekanan pusat 1008 hPa, dan bergerak ke arah barat barat laut. Meski begitu, potensi bibit ini berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan masih dinilai rendah.
Selain itu, fenomena atmosfer lain seperti gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, dan Low Frequency juga masih aktif di wilayah seperti Sumatera, Kalimantan bagian utara, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua Selatan.
“Sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut,” jelas BMKG.
Dengan kelembapan yang masih tinggi serta kondisi atmosfer yang cenderung labil di beberapa daerah, peluang terjadinya hujan masih cukup besar.
Wilayah yang Harus Waspada
BMKG memetakan potensi cuaca ekstrem dalam dua periode:
2–4 Mei 2025
Hujan lebat: Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
Angin kencang: Nusa Tenggara Timur dan Maluku
5–8 Mei 2025
Angin kencang: Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Maluku
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan pohon tumbang. Meskipun kemarau mulai terasa, cuaca ekstrem belum sepenuhnya berlalu.
Selalu pantau info cuaca dari sumber resmi dan bersiaplah menghadapi segala kemungkinan. (*/IN)