INSPIRASI NUSANTARA– Industri tenun Sengkang di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi berbasis pariwisata budaya.
Menurut penelitian, penguatan ekonomi kreatif berbasis warisan budaya tak benda memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan serta daya saing industri tenun Sengkang di pasar global.
BACA JUGA: Koleksi Baju Tenun Ramah Lingkungan Jadi Tren di Tiktok
BACA JUGA: Kenalkan Fashion Lokal Lewat Kebiasaan Sehari-hari, Begini Gaya Anak Muda Sulsel
Kain tenun sutra Sengkang terkenal dengan motif-motif khas seperti cobo, makkalu, balo tettong, dan balo renni, yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Proses pembuatan kain ini masih mengandalkan keterampilan tangan para perajin tradisional. Namun, beberapa usaha telah mulai menggunakan alat tenun modern guna meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi. Keunikan dan kualitas kain tenun ini menjadikannya produk unggulan di pasar nasional maupun internasional.
Industri Tenun Sebagai Sumber Ekonomi Kreatif
Industri tenun Sengkang telah berkembang menjadi sektor ekonomi kreatif yang mampu menyerap tenaga kerja lokal. Banyak perajin yang menggantungkan hidupnya pada industri ini, baik dalam skala rumahan maupun dalam bentuk kelompok usaha kecil dan menengah (UMKM).
BACA JUGA: Ide Kelas Virtual untuk UMKM Lokal dari Gen Z
BACA JUGA: Inovasi Perempuan Sulsel: dari Teknologi Pertanian hingga Industri Kreatif
Dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap kain tenun khas daerah, industri ini memiliki potensi untuk terus berkembang. Namun, diperlukan inovasi dalam desain serta strategi pemasaran yang lebih modern agar dapat bersaing di era digital.
Sinergi Tenun dan Pariwisata untuk Ekonomi Berkelanjutan
Pengembangan industri tenun Sengkang tidak hanya berfokus pada produksi kain, tetapi juga berpotensi dikombinasikan dengan sektor pariwisata. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menargetkan pengembangan 600 desa wisata pada tahun 2023, yang menggabungkan daya tarik wisata alam dan budaya lokal.
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah-daerah dengan kekayaan budaya, seperti Wajo, yang menjadi pusat tenun Sengkang. Wisatawan tidak hanya dapat membeli produk tenun, tetapi juga menyaksikan langsung proses pembuatannya, memberikan pengalaman edukatif dan menarik.
Industri tenun Sengkang memiliki peran ganda, yakni sebagai pelestari budaya dan penggerak ekonomi lokal. Dengan strategi yang tepat, termasuk inovasi produk, pemanfaatan teknologi pemasaran, serta integrasi dengan sektor pariwisata, industri ini berpotensi berkembang lebih pesat dan memberikan manfaat bagi masyarakat Wajo dan Sulawesi Selatan secara keseluruhan.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pelaku usaha, akan menjadi kunci utama dalam menjaga warisan budaya ini tetap hidup sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (*/IN)
Sumber:
Andi Ima Kesuma. (2023). “Penguatan Ekonomi Kreatif Berbasis Warisan Budaya Tak Benda (Menuju Pride Sulawesi Selatan)” dalam Alliri: Journal of Antrophology. ISSN: 2684-9925.