Budaya  

Keindahan Ritual Pernikahan Bugis yang Patut Diketahui Generasi Z

Keindahan Ritual Pernikahan Bugis yang Patut Diketahui Generasi Z
MAPPACCI. Keindahan Ritual Pernikahan Bugis yang Patut Diketahui Generasi Z. (foto:ig/@e_maronie)

INSPIRASI NUSANTARA– Pernikahan Bugis tidak hanya seremonial semata. Rangkaian ritualnya mengandung filosofi dengan makna yang begitu indah.

Ritual pernikahan Bugis adalah bagian dari identitas budaya yang menunjukkan betapa kaya dan beragamnya warisan leluhur kita. Memahami dan melestarikan tradisi ini bukan hanya tentang menjaga budaya, tetapi juga memperkuat jati diri di tengah globalisasi.

 

BACA JUGA : Membangkitkan Tradisi Pernikahan Bugis di Kalangan Milenial

Generasi Z memiliki peran besar dalam melanjutkan warisan ini. Dengan mengadopsi elemen tradisi dalam kehidupan modern, mereka tidak hanya menjaga budaya tetap hidup, tetapi juga menjadikannya relevan di masa kini dan mendatang.

Tradisi pernikahan Bugis di Sulawesi Selatan merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai filosofis tinggi. Setiap tahapannya tidak hanya mengedepankan kesakralan, tetapi juga menyimpan pesan moral yang relevan hingga kini. Di tengah modernisasi, Generasi Z perlu mengenal dan melestarikan tradisi ini agar tidak pudar dimakan zaman. Berikut adalah 12 ritual pernikahan Bugis yang penuh makna dan keindahan:

1. Mammanu’manu’

Ritual pertama ini merupakan tahap pencarian jodoh oleh keluarga calon mempelai pria. Seperti burung yang terbang mencari sarang, keluarga pria menyelidiki latar belakang gadis yang diincar untuk memastikan kesesuaian sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu mappese-pese.

2. Mappese-pese

Proses pendekatan ini melibatkan kerabat dekat untuk mempertemukan keluarga pria dengan keluarga perempuan. Dalam pertemuan ini, keluarga pria membawa oleh-oleh sambil mengutarakan niat baik.

3. Massuro (Lamaran)

Pada tahap ini, keluarga pria mengirim juru bicara untuk melamar dan membahas uang panai. Juru bicara harus pandai bernegosiasi karena besaran uang panai sering kali bergantung pada status sosial dan pendidikan calon pengantin wanita.

4. Mappettu Ada

Ritual ini bertujuan untuk menetapkan tanggal pernikahan, mahar (sompa), dan uang belanja (doi menre). Ritual ini melibatkan musyawarah untuk menyelaraskan keinginan kedua keluarga.

5. Mappasau Botting

Calon mempelai wanita menjalani perawatan tubuh tradisional menggunakan daun pandan dan ramuan alami. Ritual ini melambangkan upaya menciptakan keharmonisan dan kesiapan fisik sebelum hari pernikahan.

6. Mappanre Temme

Kegiatan ini dilakukan sore sebelum pernikahan, berupa pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh calon pengantin, diikuti dengan jamuan makan. Ritual ini menggarisbawahi pentingnya nilai spiritual dalam pernikahan.

7. Mappacci

Pada malam sebelum pernikahan, calon mempelai menjalani ritual penyucian diri dengan daun pacar (pacci). Setiap tamu yang hadir mengusapkan daun pacar di tangan calon pengantin sebagai bentuk doa dan restu.

8. Mappasili

Prosesi siraman ini menggunakan air dari tujuh mata air yang dicampur bunga dan koin. Air siraman dipercaya membawa berkah dan menolak bala, sementara koin melambangkan rezeki.

9. Mappenre Boting dan Madduppa Boting

Ritual pengantaran mempelai pria ke rumah mempelai wanita (mappenre boting) diikuti penyambutan adat oleh pihak wanita (madduppa boting). Acara ini menjadi simbol penyatuan dua keluarga besar.

10. Mappasikarawa

Setelah akad nikah, mempelai pria dipandu untuk menemui mempelai wanita di kamar pengantin. Momen ini melambangkan kesetaraan dalam rumah tangga dan dilanjutkan dengan prosesi sungkem kepada orang tua.

11. Mapparola

Mempelai wanita melakukan kunjungan balasan ke rumah keluarga suaminya, membawa hadiah berupa sarung tenun. Tradisi ini menandai penerimaan keluarga baru.

12. Ziarah dan Massita Beseng

Setelah pesta, pasangan pengantin mengunjungi makam leluhur sebagai bentuk penghormatan. Tradisi ini diakhiri dengan massita beseng, pertemuan kedua keluarga untuk mempererat hubungan.

Tradisi pernikahan Bugis bukan sekadar seremoni, tetapi juga warisan budaya yang memperkuat identitas. Generasi Z dapat menjadikan tradisi ini relevan dengan mengadopsi unsur-unsur adat dalam kehidupan modern.

Mengenal dan melestarikan tradisi adalah cara terbaik untuk menjaga budaya tetap hidup di tengah gempuran globalisasi. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah mengenal tradisi pernikahan Bugis lebih dekat? (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *