IN, MAKASSAR— Ancora Foundation melalui gerakan edukasi #BeraniMengubah, mengadakan diskusi bersama dengan media.
Tujuannya untuk memahami konsep circular economy dan permasalahan kemasan plastik bekas pakai di kehidupan sehari-hari.
Inisiatif #BeraniMengubah sudah dilakukan sejak tahun 2019, yang bertujuan untuk dapat mengedukasi masyarakat melalui media. Di Bikin-bikin Nipah Mal, Kamis, (9/11/2023).
Executive Director of Ancora Foundation, Ahmad Zakky Habibie mengakui jika edukasi menjadi kunci dalam pelaksanaan inisiasi penanaman pengetahuan circular economy, terkait pengelolaan kemasan plastik bekas pakai dan dampaknya yang berkelanjutan.
“Diharapkan dengan pemahaman yang tepat, semua stakeholder dapat berkolaborasi bersama mengambil peran untuk memberikan dampak positif terhadap penerapan circular economy,” ucapnya.
Ancora Foundation sendiri kata dia, melalui ‘Plastic Reborn’ telah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pilar edukasi dan pemberdayaan. Diantaranya edukasi terhadap 55.000 pelajar, mahasiswa dan masyarakat di Indonesia sejak tahun 2017.
Tak hanya itu, ‘Plastic Reborn’ juga melakukan pendampingan bagi talenta muda pegiat teknologi digital terkait manajemen kemasan plastik bekas pakai sejak tahun 2019, antara lain MallSampah dari Makassar dan Clean-Up dari Gowa.
“Selain itu, juga mendorong pemberdayaan sektor informal mulai tahun 2021 dengan memperkenalkan penggunaan aplikasi digital agar sistem pengumpulannya semakin efektif, sekaligus mengedukasi dan meningkatkan kesejahteraan mereka,” ucapnya.
Penerapan circular economy yang tepat dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar, mulai dari memberikan kehidupan kedua bagi kemasan plastik bekas pakai hingga memberikan lapangan kerja bagi masyarakat.
Ketua Tim Pengembangan Strategis dan Akselerasi, Koordinator Divisi Kemaritiman SDGs Center, dan Kepala Pusat Studi Perubahan Iklim LPPM Universitas Hasanuddin, Ir. Rijal M. Idrus MSc PhD mengatakan Partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan dalam upaya mewujudkan praktik ekonomi berkelanjutan. Tujuannya demi kejayaan ekonomi di masa depan untuk generasi penerus bangsa.
“Sedapat mungkin kita berupaya untuk menjaga agar kemasan plastik bekas pakai tidak menjadi sampah dan tidak sampai masuk ke laut.” terangnya.
Data pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Kota Makassar menghasilkan timbulan sampah sebesar 1.023,71 ton per harinya yang mana 21,51% dari sampah tersebut merupakan kemasan plastik bekas pakai.
Mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam pengumpulan dan daur ulang botol plastik PET bekas pakai merupakan hal yang penting dilakukan dalam upaya penanganan sampah, khususnya kemasan bekas pakai, agar bisa kembali mendapatkan kehidupan kedua.
Dosen Teknik Lingkungan dan Rekan Peneliti Muda SDGs Center Universitas Hasanuddin serta Head of Research and Innovation of MallSampah, Nurul Masyiah Rani Harusi ST.MEng mengatakan faktor penyebab permasalahan penanganan kemasan plastik bekas pakai di Indonesia adalah paradigma.
Selain itu serta belum maksimalnya edukasi masyarakat terkait pengelolaan yang tepat guna dan akses masyarakat ke sistem daur ulang.
“Penerapan prinsip circular economy akan bermanfaat bukan hanya terhadap sektor ekonomi, melainkan juga dapat memberikan dampak ke sosial serta lingkungan,” ucapnya.
Upaya mengajak peran serta masyarakat terus dilaksanakan oleh berbagai pihak agar dapat mendorong implementasi circular economy di tengah masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh pihak akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui Sustainable Development Goals (SDGs) Center yang merupakan pusat pengembangan SDGs kawasan Indonesia Timur untuk membantu program pemerintah Indonesia dalam mencapai 17 tujuan, 169 target dan 241 indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Secara terpisah, Triyono Prijosoesilo Director of Public Affairs, Communications and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia mengapresiasi acara edukasi yang diadakan oleh Ancora Foundation.
“Kami menyadari urgensi dan kompleksitas dari kemasan plastik bekas pakai di Indonesia. Tidak ada entitas tunggal yang dapat mengatasi tantangan ini sendirian. Kolaborasi antar lintas organisasi menjadi kunci penting untuk mendorong penerapan circular economy di Indonesia.” tambah Triyono. (fai/IN)