INSPIRASI NUSANTARA–Indonesia, banyak kuliner yang merupakan hasil akulturasi budaya, di mana bahan-bahan lokal dipadukan dengan teknik atau bahan dari budaya luar, menciptakan makanan yang khas.
Sejarah mencatat bahwa keanekaragaman kuliner Indonesia diperkaya oleh pengaruh budaya asing, termasuk dari Belanda, Tiongkok, dan India. Akulturasi budaya ini melahirkan hidangan-hidangan ikonik yang memadukan bahan lokal dengan tradisi kuliner luar, menjadikannya bagian dari identitas budaya bangsa.
Proses ini terjadi seiring perjalanan sejarah, mulai dari masa penjajahan hingga perdagangan internasional. Meski berakar dari budaya lain, kuliner-kuliner tersebut telah mengalami penyesuaian sesuai selera lokal tanpa kehilangan identitasnya.
Kehadiran kuliner hasil akulturasi ini tidak hanya menjadi sajian yang dinikmati secara luas, tetapi juga bagian penting dari sejarah budaya bangsa.
Kuliner-kuliner tersebut menjadi bukti bahwa perpaduan budaya dapat melahirkan keindahan baru yang tetap menghargai akar tradisi dan warisan lokal.
Dilansir dari Kementerian Pariwisata RI, berikut ini beberapa kuliner yang merupakan hasil akulturasi budaya pada masa penjajahan.
1. Bakso
Bakso, makanan berkuah yang populer di Indonesia, ternyata berasal dari budaya Tionghoa. Nama “bakso” berasal dari dialek Hokkian, yakni “bak” (daging) dan “so” (makanan). Awalnya dibuat dari daging babi, bakso kini lebih sering menggunakan daging sapi sesuai budaya dan selera lokal.
2. Bakpia
Oleh-oleh khas Yogyakarta ini juga hasil akulturasi budaya Jawa dan Tiongkok. Awalnya, bakpia dikenal sebagai “Tou Luk Pia,” kue isi daging dari Tiongkok. Namun, setelah dibawa ke Indonesia, isian daging diganti dengan kacang hijau untuk menyesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat.
3. Semur
Kuliner ini merupakan perpaduan budaya Indonesia dan Belanda. Kata “semur” berasal dari bahasa Belanda, “smoor,” yang berarti masakan rebus berbumbu tomat dan bawang. Semur Indonesia memiliki keunikan tersendiri dengan tambahan rempah seperti cengkeh, pala, dan kayu manis.
4. Bakwan
Makanan ringan ini juga hasil adaptasi budaya Tionghoa. Dalam bahasa Tiongkok, “bak” berarti daging, sementara “wan” berarti bola. Awalnya dikenal sebagai bola daging, bakwan di Indonesia mengalami perubahan menjadi campuran sayur dan tepung goreng yang lebih ekonomis.
5. Perkedel
Hidangan ini berasal dari kata Belanda “frikadel,” yakni daging cincang goreng. Namun, di Indonesia, perkedel lebih sering dibuat dari kentang tumbuk, meski beberapa masih menambahkan daging sebagai pelengkap.
6. Sup Kacang Merah
Sup kacang merah merupakan hasil akulturasi Belanda, yang aslinya disebut “bruine bonensoep.” Versi Indonesia memiliki rasa yang lebih kaya berkat tambahan rempah-rempah seperti pala, merica, dan bawang putih.
7. Soto Betawi
Kuliner khas Jakarta ini dipengaruhi budaya India. Keunikannya terletak pada penggunaan minyak samin, yang dikenal sebagai ghee dalam tradisi India, untuk menciptakan aroma dan rasa khas pada kuahnya.
8. Martabak Telur
Martabak telur adalah hasil adaptasi budaya India. Hidangan ini diperkenalkan oleh seorang pemuda Jawa yang menikah dengan wanita India, lalu menyesuaikan resepnya dengan menambahkan daging cincang dan sayuran.
Kuliner hasil akulturasi ini membuktikan bahwa makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga bagian dari perjalanan sejarah. Dari daftar tersebut, mana yang menjadi favorit Anda?