INSPIRASI NUSANTARA–Tertawa lepas mungkin terasa seperti kenangan masa muda. Penelitian dari Universitas Stanford mengungkapkan bahwa dunia dewasa bisa mencuri senyum dan tawa kita setelah usia 23 tahun.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh akademisi dari Universitas Stanford mengungkapkan fakta menarik: frekuensi tawa dan senyum mulai menurun secara signifikan setelah usia 23 tahun. Temuan ini terungkap dalam buku “Humour, Serious”, yang ditulis oleh Jennifer Aker, Profesor Psikologi di Pascasarjana Universitas Stanford, dan Naomi Bagdonas.
BACA JUGA: Rayakan Hari Kebaikan Sedunia 13 November, Jangan Lupa Senyum
Penelitian ini menggali lebih dalam bagaimana perjalanan menuju dewasa dan tuntutan dunia profesional bisa memengaruhi kebahagiaan serta ekspresi emosional kita dalam kehidupan sehari-hari.
Di usia ini, banyak individu mulai memasuki fase dewasa yang lebih matang, di mana mereka mulai menghadapi tanggung jawab yang lebih besar, termasuk dalam dunia kerja. Tuntutan untuk tampil serius, fokus pada karier, dan mencapaimu tujuan hidup seringkali menghalangi ekspresi kebahagiaan yang terlihat jelas, seperti tawa atau senyum.
BACA JUGA: Gaya Hidup Minimalis ala Gen Z Sulsel, Sederhana Tapi Bikin Bahagia
Faktor Penyebab Penurunan Tawa dan Senyum
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan frekuensi tawa dan senyum pada usia dewasa muda adalah stres dan tekanan yang datang bersama tanggung jawab hidup. Tuntutan pekerjaan yang semakin besar, tekanan sosial untuk mencapai kesuksesan, serta keinginan untuk terlihat profesional seringkali membuat kita lebih tertutup dalam mengekspresikan emosi positif.
Kebahagiaan yang dulunya datang dengan mudah dalam interaksi sosial, kini mulai terkikis seiring dengan kesibukan hidup sehari-hari.
Dalam dunia yang serba cepat ini, orang-orang mulai lebih berhati-hati dalam mengekspresikan diri dan lebih memilih untuk tidak terlihat terlalu santai atau ceria di tengah tuntutan yang ada.
Tawa Sebagai Bagian dari Kesehatan Mental
Namun, meski ada kecenderungan penurunan, Aker dan Bagdonas menekankan bahwa tawa dan senyum memiliki dampak positif yang sangat penting bagi kesehatan mental. Tawa bukan hanya sekadar ekspresi kebahagiaan, tetapi juga dapat mengurangi stres, meningkatkan mood, dan memperkuat hubungan sosial.
Dalam dunia yang semakin penuh dengan tekanan, penting bagi kita untuk tidak melupakan kekuatan tawa.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Penelitian ini membuka kesempatan untuk merenung, bagaimana kita sebagai individu dapat lebih sadar akan pentingnya kebahagiaan dan ekspresi emosional dalam kehidupan sehari-hari. Mencari cara untuk merayakan momen-momen kecil dengan senyum atau tertawa, bahkan dalam situasi yang sulit, bisa menjadi cara yang efektif untuk menjaga keseimbangan emosional.
Kita juga bisa mencoba untuk memanfaatkan humor sebagai alat untuk mengurangi stres di tempat kerja atau dalam interaksi sosial. Berbicara dengan teman atau keluarga, menonton komedi, atau bahkan hanya meluangkan waktu sejenak untuk tertawa bisa memberikan dampak positif yang luar biasa bagi kesehatan mental kita.
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa meski dunia dewasa membawa banyak tanggung jawab dan tantangan, kita tetap perlu meluangkan waktu untuk tersenyum dan tertawa—karena kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus kita tinggalkan begitu saja setelah mencapai usia dewasa. (fit/in)