INSPIRASI NUSANTARA–Musim panen raya di Sulawesi Selatan kembali menunjukkan sinyal positif. Berbagai wilayah mencatatkan lonjakan produksi padi yang signifikan, menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak utama konsumsi rumah tangga dan aktivitas pasar lokal.
Momentum panen raya tak hanya menjadi penanda keberhasilan sektor pertanian, tetapi juga berperan besar dalam menggerakkan roda ekonomi di berbagai daerah. Di tengah tantangan inflasi dan fluktuasi daya beli, hasil panen terbukti menjadi pengungkit utama konsumsi masyarakat serta perputaran uang di pasar-pasar tradisional.
Tak hanya memenuhi kebutuhan pangan lokal, panen raya turut mendorong geliat sektor lain seperti perdagangan, transportasi, hingga industri rumah tangga. Pendapatan petani yang meningkat berdampak pada daya beli, memperbesar perputaran ekonomi dari desa hingga kota.
Lompatan Produksi: Data Musiman Panen
Data terbaru dari Dinas Statistik Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa beberapa daerah unggulan seperti Luwu (52.325,28 Ha), Luwu Timur (41.174,43 Ha), dan Luwu Utara (40.352,09 Ha) mendominasi luas panen padi di Sulsel. Sementara itu, kawasan pegunungan seperti Tana Toraja (12.856,98 Ha) dan Toraja Utara (16.209,27 Ha) turut berkontribusi menjaga kestabilan pasokan beras lokal.
Dibandingkan wilayah perkotaan seperti Makassar (2.578,25 Ha), Parepare (960,04 Ha), dan Palopo (2.932,36 Ha), daerah-daerah agraris jelas lebih menonjol dalam ketahanan pangan dan penyediaan komoditas pokok. Enrekang sendiri, dengan luas panen mencapai 7.937,59 Ha, dikenal sebagai penopang utama kebutuhan beras sekaligus sayur-mayur untuk wilayah tengah Sulsel.
Berdasarkan data terbaru, luas panen padi di beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Selatan menunjukkan kontribusi besar terhadap ketersediaan beras lokal dan aktivitas ekonomi.
Efek Domino Ekonomi: Dari Sawah ke Meja Makan
Panen raya tak hanya menghasilkan beras. Momentum ini mendorong konsumsi rumah tangga mulai dari peningkatan belanja bahan pokok, hingga meningkatnya permintaan barang dan jasa lain. Pendapatan petani yang meningkat juga menciptakan efek berantai:
1. Pasar Tradisional Ramai: Terjadi lonjakan transaksi di pasar seperti di Belopa (Luwu) dan Malili (Luwu Timur), yang menjadi pusat distribusi hasil tani.
2. Usaha Mikro Tumbuh: Penjual sayur keliling, penggilingan padi, dan usaha kuliner lokal ikut mendapatkan efek positif dari hasil panen.
3. Transportasi & Jasa: Mobilitas angkutan hasil panen dan pekerja musiman meningkatkan omzet para pelaku transportasi desa.
Potret Wilayah: Kontras antara Daerah Agraris dan Perkotaan
Di kota-kota ini, konsumsi rumah tangga lebih ditopang oleh sektor jasa dan perdagangan. Ketergantungan terhadap pasokan pangan dari daerah penghasil membuat hubungan kota-desa semakin strategis.
Panen raya bukan sekadar tradisi tahunan, tapi adalah momen penting yang menandai vitalitas ekonomi lokal. Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa ketahanan pangan bisa menjadi fondasi ketahanan ekonomi, terutama jika didorong oleh sinergi antarwilayah, antara desa penghasil dan kota pengguna. (*/IN)