IN, MAKASSAR – Director & Chief Investment Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula menyampaikan kondisi pasar ekonomi global yang masih bergerak maju hingga saat ini. Tahun ini (2024) diperkirakan akan semakin tumbuh moderat berkat inflasi yang tetap terjaga di tahun 2024.
“Tingkat suku bunga sudah mendekati puncak siklusnya. Dari data Dokumen Dot Plot FOMC di bulan Desember 2023, ekonomi global mengindikasikan pemangkasan suku bunga dapat lebih besar dibandingkan perkiraan sebelumnya, sehingga mengafirmasi harapan pasar terhadap The Fed untuk dapat lebih agresif dalam menurunkan suku bunga di tahun 2024,” jelasnya secara daring pada Kamis (18/01/2024) dalam acara Indonesia Market Outlook: Keeping Up with 2024.
BI: Inflasi IHK Turun 0,41 Persen pada Desember 2023
Menurut Ezra, perkembangan outlook suku bunga dan ekonomi Amerika Serikat menjadi katalis bagi pasar global secara menyeluruh. Hampir seluruh sektor berkontribusi secara merata dalam penguatan pasar.
“Ini mengindikasikan optimisme terhadap outlook ekonomi secara keseluruhan. Penurunan imbal hasil US Treasury terjadi di seluruh tenor, merespon ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed di 2024 dan hasil lelang US Treasury yang kuat. Indeks USD yang terus melemah menjadi faktor positif bagi pasar finansial dunia,” tuturnya.
Pasar finansial di Asia saat ini juga diperkirakan akan lebih suportif. Pertumbuhan di 2024 akan didukung oleh ekspektasi kebijakan moneter yang lebih akomodatif, pelemahan nilai tukar USD, imbal hasil US Treasury yang melandai, penurunan harga minyak dunia, dan ekspektasi membaiknya perdagangan global yang menguntungkan kawasan Asia.
“Di tengah euforia pasar pada awal tahun 2024, ada beberapa risiko yang harus dicermati. Volatilitas dapat terjadi jika pemangkasan suku bunga The Fed tidak sesuai dengan ekspektasi. Pasar memperkirakan pemangkasan akan sebesar 150 bps, sedangkan The Fed memberi sinyal pemangkasan hanya 75 bps,” terangnya.
OJK: IMF Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Global Kian Melambat di 2024
Selain itu ada risiko geopolitik di beberapa kawasan. Eskalasi konflik di Timur Tengah, antara Israel dengan Hamas, dapat menjadi perang proksi antar berbagai negara. Di kawasan Asia, pemilu di Taiwan dapat mengubah arah kebijakan diplomatik dan geopolitik antara Taiwan dengan China.
“Sementara itu, pemilu di Amerika Serikat pada 5 November mendatang dapat mengubah arah diplomatik dan geopolitik dunia,” ujar Ezra.