INSPIRASI NUSANTARA– Songkok To Bone, warisan budaya khas Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan ini terus membuktikan eksistensinya di tengah derasnya arus digitalisasi. Tidak hanya menjadi simbol tradisi, songkok ini telah berevolusi menjadi bagian dari identitas yang relevan di era modern.
Songkok To Bone disebut juga “Songkok Recca”. Penamaannya diambil dari proses pembuatan bahan dasarnya yang di-recca-recca (dipukul-pukul).
“Songkok ini terbuat dar pelepah daun lontar yang di-recca-recca (dipuku-pukul), hingga tersisa serat pelapahnya yang berwarna putih, namun akan berubah cokelat dalam hitungan jam. Serat yang berwarna hitam adalah hasil rendaman lumpur yang membutuhkan waktu 5-7 hari. Untuk menjadi songkok recca dibutuhkan assareng sebagai cetakan yang dibuat umumnya dari kayu Nangka,” tulis Jumadi, dkk dalam penelitiannya tentang Songkok Recca To Bone; Identitas Lokal yang Menasional.
Meski demikian, Songkok To Bone telah bertranformasi mengikuti perkembangan zaman. Berikut ini beberapa hal yang membuat Songkok To Bone tetap eksis di era digital.
Perpaduan Tradisi dan Inovasi
Songkok To Bone dikenal sebagai lambang kehormatan dan kewibawaan. Kini, dengan sentuhan modern, songkok ini hadir dalam berbagai desain yang tetap mempertahankan nilai tradisionalnya. Beberapa pengrajin mengadopsi teknologi digital dalam proses produksi, seperti desain berbasis komputer dan promosi melalui media sosial.
Media Sosial sebagai Jembatan Generasi
Peran media sosial sangat signifikan dalam memperkenalkan Songkok To Bone kepada generasi muda. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dipenuhi konten kreatif yang mempromosikan songkok ini, mulai dari sejarahnya hingga cara memadukannya dengan busana modern. Hal ini menjadikan Songkok To Bone tidak hanya diminati masyarakat lokal, tetapi juga menarik perhatian pasar global.
Ekspansi Melalui E-Commerce
Pengrajin dan pelaku usaha lokal kini memanfaatkan platform e-commerce untuk menjual Songkok To Bone ke berbagai penjuru dunia. Dengan kemudahan akses digital, produk ini semakin dikenal luas, menjadikannya salah satu simbol budaya yang mampu bersaing di pasar internasional.
Simbol Identitas di Ajang Internasional
Songkok To Bone kerap digunakan dalam berbagai forum internasional, baik oleh tokoh masyarakat maupun perwakilan Indonesia. Hal ini menjadikannya simbol identitas yang memperkuat kebanggaan budaya di tengah globalisasi.
Dengan adaptasi yang cerdas di era digital, Songkok To Bone bukan hanya sekadar pelengkap busana tradisional, tetapi juga lambang yang menghubungkan nilai budaya dengan modernitas. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa warisan leluhur dapat tetap hidup dan relevan, bahkan di tengah perubahan zaman. (*/IN)