back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
25.7 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

BAZNAS Enrekang Salurkan Rp15 Juta untuk Bedah Rumah Keluarga Almarhum Aldi

ENREKANG, inspirasinusantara.id — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Enrekang menyalurkan bantuan program bedah rumah senilai Rp15 juta kepada keluarga almarhum Aldi Oktavian, pelajar Madrasah...
BerandaBudayaTradisi Mengunyah Daun Sirih di Sulawesi Selatan

Tradisi Mengunyah Daun Sirih di Sulawesi Selatan

INSPIRASI NUSANTARA–Tradisi mengunyah sirih, yang dikenal sebagai “nyirih” atau “menginang,” telah lama menjadi bagian integral dari budaya masyarakat di Sulawesi Selatan. Praktik ini tidak hanya berfungsi sebagai aktivitas sehari-hari, tetapi juga memiliki makna sosial, budaya, dan kesehatan yang mendalam.

Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya budaya modern, tradisi mengunyah sirih mulai mengalami penurunan, terutama di kalangan generasi muda. Banyak yang beralih ke produk perawatan mulut modern, sehingga praktik tradisional ini semakin jarang ditemui.

BACA JUGA: Inovatif! 4 Olahan Daun Sirih, Terinspirasi dari Tradisi Toraja

BACA JUGA: Hidup Seimbang: Mengintegrasikan Tradisi dan Teknologi di Era Modern

Makna Sosial dan Budaya

Di berbagai komunitas di Sulawesi Selatan, seperti masyarakat Toraja, tradisi mengunyah sirih dikenal dengan istilah “ma’pangngan.” Aktivitas ini melibatkan mengunyah campuran daun sirih (Piper betle), buah pinang (Areca catechu), dan kapur sirih.

Selain sebagai kebiasaan sehari-hari, ma’pangngan memiliki peran penting dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan, seperti pernikahan dan penyambutan tamu. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan dalam budaya setempat.

Manfaat Kesehatan

Selain nilai sosialnya, tradisi mengunyah sirih juga diyakini memiliki manfaat kesehatan, khususnya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Penelitian yang dilakukan di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, menunjukkan bahwa kebiasaan mengunyah sirih pinang dapat meningkatkan kesehatan gigi masyarakat setempat.

Aktivitas mengunyah ini merangsang produksi saliva, yang berperan dalam menjaga kebersihan mulut dan mencegah pertumbuhan bakteri penyebab karies.

Upaya Pelestarian

Untuk menjaga warisan budaya ini, beberapa komunitas dan peneliti mendorong pelestarian tradisi mengunyah sirih melalui edukasi dan integrasi dalam kegiatan budaya.

Selain itu, inovasi seperti pengolahan daun sirih menjadi produk kesehatan modern dapat menjadi cara untuk menarik minat generasi muda, sehingga tradisi ini tetap hidup dan relevan dalam konteks masa kini.

Dengan memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi mengunyah sirih, masyarakat Sulawesi Selatan dapat terus melestarikan warisan budaya ini sebagai bagian dari identitas dan kearifan lokal mereka. (*/IN)

Referensi

Matindas, M. H., Lumentut, R., & Taroreh, R. N. (2021). Tradisi Kebiasaan Mengunyah Sirih Pinang Dapat Meningkatkan Kesehatan Gigi di Kota Kotamobagu. Graha Medika Public Health Journal, 4(2), 90-99. Tautan

Muis, A., Rahman, S., & Nurjannah, S. (2023). Eksistensi dan Prospek Tradisi Makan Sirih pada Masyarakat Buntu Burake. Jurnal Sosial Budaya Universitas Negeri Makassar, 20(1), 45-58. Tautan

Rahman, A., Hamzah, M., & Suryani, I. (2022). Menginang Sirih dan Tradisi yang Hampir Hilang pada Masyarakat Banjar serta Perspektifnya dalam Kesehatan Gigi. Health Information: Jurnal Penelitian Poltekkes Kemenkes Kendari, 8(1), 15-27. Tautan