Transformasi Ekonomi Makassar: Dari Kota Pelabuhan ke Metropolitan Modern

Transformasi Ekonomi Makassar: Dari Kota Pelabuhan ke Metropolitan Modern
ILUSTRASI. Transformasi Ekonomi Makassar: Dari Kota Pelabuhan ke Metropolitan Modern. (foto:wikipedia)

INSPIRASI NUSANTARA–Makassar bukan lagi sekadar kota pelabuhan yang menjadi persinggahan kapal dagang. Kota ini telah berevolusi menjadi metropolitan modern dengan laju pertumbuhan ekonomi yang pesat, menjadikannya pusat perdagangan dan bisnis terbesar di Indonesia Timur.

Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, mengalami transformasi luar biasa dari kota pelabuhan tradisional menjadi metropolitan modern yang menjadi pusat perdagangan dan ekonomi terbesar di Indonesia Timur. Perubahan ini tidak hanya terjadi dalam aspek fisik kota, tetapi juga dalam struktur ekonomi dan sosial masyarakatnya.

Sejarah Makassar: Dari Pelabuhan ke Pusat Perdagangan

Sejak abad ke-15, Makassar telah dikenal sebagai pusat perdagangan maritim. Kota ini memiliki pelabuhan strategis di muara Sungai Tallo, yang dahulu disebut Bandar Tallo. Posisi geografis yang menguntungkan menjadikan Makassar sebagai penghubung utama perdagangan antarwilayah di Nusantara dan mancanegara.

Pada masa kolonial Belanda (1946-1950), Makassar bahkan pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur, memperkuat perannya sebagai pusat distribusi ekonomi antarnegara. Makassar menjadi salah satu jalur perdagangan rempah-rempah utama di Asia Tenggara pada abad ke-17.

Laju Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat

Memasuki abad ke-20, Makassar mengalami perkembangan pesat dalam berbagai sektor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Makassar didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran (19,02%), konstruksi (18,67%), dan industri pengolahan (17,9%).

Dominasi sektor-sektor ini didukung oleh infrastruktur transportasi yang memadai, seperti jalan raya yang baik dan Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta yang menjadi jantung perekonomian kota.

Transformasi Kota: Dari Tradisional ke Modern

Perubahan Makassar tidak hanya terlihat dalam angka ekonomi, tetapi juga dalam struktur perkotaan dan sosialnya. Misalnya, Kampung Maccini, yang pada tahun 1950-an merupakan daerah agraris pinggiran, kini menjadi bagian integral kota dengan budaya urban yang kental.

Modernisasi juga ditandai dengan:
Pusat bisnis baru seperti Panakkukang Business District
Pusat perbelanjaan modern seperti Trans Studio Mall dan Nipah Mall
Maraknya pembangunan hotel dan pusat konferensi bertaraf internasional

Mamminasata: Masa Depan Metropolitan Makassar

Pembentukan kawasan metropolitan Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar, dan Pangkep) menunjukkan upaya integrasi regional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih luas. Kawasan ini berfungsi sebagai ikon Provinsi Sulawesi Selatan dan menjadi area metropolitan terbesar di Indonesia Timur, dengan luas 2.666,63 km² dan populasi sekitar 3,3 juta jiwa pada tahun 2019.

Dengan berbagai inovasi dan pembangunan yang terus berkembang, Makassar telah sukses mentransformasi dirinya menjadi metropolitan modern yang dinamis. Peran strategisnya sebagai pusat perdagangan dan distribusi di Indonesia Timur semakin kuat dengan integrasi digital, infrastruktur canggih, dan investasi berkelanjutan.

Makassar, bukan hanya kota pelabuhan kini, ia adalah simbol pertumbuhan ekonomi modern di Indonesia Timur! (fit/in)

Sumber Referensi:

1. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar

2. Jurnal Pangadereng Kemdikbud, DARI KAMPUNG PINGGIRAN KE KAMPUNG KOTA: TRANSFORMASI KAMPUNG MACCINI DI MAKASSAR TAHUN 1950-1990

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *