INSPIRASI NUSANTARA–Di tengah modernisasi yang kian pesat, tradisi adat sering kali terancam hilang ditelan zaman. Namun, pemuda Sulawesi Selatan membuktikan bahwa adat bukan sekadar peninggalan masa lalu. Dengan kreativitas, mereka menghidupkan kembali ritual budaya, mengemasnya menjadi atraksi modern yang tetap memancarkan nilai luhur.
Sulawesi Selatan, tanah yang kaya akan tradisi dan budaya, memiliki kekayaan adat yang menjadi identitas masyarakatnya. Dari pegunungan Toraja hingga pesisir Makassar, setiap daerah memiliki kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Namun, di tengah arus modernisasi, tradisi ini menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan dan hidup di hati masyarakat, khususnya generasi muda. Melalui kreativitas tanpa batas, pemuda Sulawesi Selatan mengambil peran penting sebagai penjaga tradisi yang adaptif.
Dengan menggabungkan teknologi, seni, dan kolaborasi lintas sektor, berbagai upacara adat di Sulsel kini hadir dengan wajah baru. Mulai dari festival budaya hingga dokumentasi digital, generasi muda berhasil menjembatani warisan leluhur dengan kebutuhan masyarakat modern.
Tradisi yang dulunya hanya dikenal secara lokal kini menjadi sorotan dunia, menjadi bukti nyata bahwa inovasi mampu menjaga kelestarian adat. Berikut adalah beberapa upacara adat khas Sulsel yang tetap lestari:
1. Mappadendang: Pesta Tani yang Sarat Nilai Syukur
Mappadendang atau pesta tani khas Suku Bugis adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen padi. Dalam prosesi ini, gabah ditumbuk menggunakan tongkat besar di atas lesung, menciptakan irama khas yang penuh makna.
Pemuda Sulsel kini mengemas Mappadendang menjadi festival budaya, lengkap dengan atraksi seni dan kuliner lokal, yang menarik minat wisatawan domestik maupun internasional.
2. Appalili: Ritual Doa Sebelum Menanam Padi
Tradisi Appalili dilakukan untuk memohon perlindungan Tuhan agar tanaman padi terhindar dari kerusakan sekaligus sebagai bentuk rasa syukur. Pemuda setempat kini mengadakan workshop tentang pertanian berkelanjutan sebagai bagian dari ritual ini, memberikan makna baru pada tradisi turun-temurun ini.
3. A’rate’: Seni Membaca Barzanji dengan Cinta Budaya
A’rate’ adalah tradisi pembacaan kitab barzanji dengan irama khas, biasanya dilakukan pada bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di daerah Takalar dan Gowa, pemuda menggandeng sekolah-sekolah untuk mengenalkan A’rate’ melalui kompetisi seni, menjadikannya lebih dekat dengan generasi muda.
4. Accera Kalompoang: Membersihkan Pusaka Kerajaan Gowa
Upacara adat ini adalah bentuk penghormatan kepada Kerajaan Gowa dengan membersihkan benda-benda pusaka di Museum Balla Lompoa. Acara yang penuh sakral ini kini didokumentasikan dalam bentuk film pendek oleh komunitas kreatif pemuda, memperkenalkannya ke dunia digital.
5. Ma’nene: Menghormati Leluhur dengan Ritual Penuh Makna
Ritual Ma’nene yang dilakukan oleh masyarakat Toraja melibatkan pembersihan jenazah leluhur yang telah berbentuk mumi. Tradisi ini menjadi daya tarik wisata budaya yang unik, dengan bantuan para pemuda lokal yang menciptakan pengalaman wisata edukatif bagi pengunjung, lengkap dengan narasi sejarah yang kuat.
Kreativitas generasi muda menjadi kunci utama dalam menjaga kelestarian tradisi adat. Mereka tak hanya menjaga keasliannya, tetapi juga memperkenalkannya melalui media digital, festival budaya, hingga kolaborasi dengan sektor pariwisata. (fit/in)
Sumber : Indonesian Journal of Islamic Religion and Culture اإلسالمية والثقافة للدين اإلندونيسية المجلة, (2024), Tantangan dan Solusi Budaya Lokal Sulawesi Selatan di Era Globalisasi