Budaya  

Begini Filosofi “Songkok Recca” Khas Bone

Songkok Recca
SONGKOK RECCA. Songkok khas Bone. (Foto : IST/@laroymarten)

INSPIRASI NUSANTARA — Sejak pertama kali dikenal pada abad ke-14 di Kerajaan Bone, songkok ini telah mengalami berbagai perubahan. Songkok Recca mencerminkan identitas, status sosial, serta simbolisme dalam komunitas Bugis.

Dalam tulisan ini, kita akan membahas tujuh aspek penting dari filosofi Songkok Recca, termasuk sejarah asal usulnya, evolusi bentuk, jenis dan kategori, hingga makna dan fungsi sosial budaya yang mendalam.

Setiap motif dan bentuk yang ada pada songkok ini mengandung cerita dan simbolis yang unik. Berikut tujuh filosofi tentang songkok recca.

 

 1. Asal Usul dan Sejarah

Songkok Recca berasal dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan, dengan sejarah yang cukup panjang. Awalnya, bentuk songkok ini bulat dengan bagian atas yang mengerucut, terbuat dari pelepah/tangkai daun lontar yang dianyam. Pengrajinannya diyakini sudah ada sejak masa pemerintahan Raja Bone pertama pada tahun 1330.

2. Evolusi Bentuk dan Identitas

Seiring berjalannya waktu, bentuk Songkok Recca mengalami perubahan, terutama pada masa pemerintahan Raja Bone ke-29, di mana bagian atasnya menjadi lebih rata. Perubahan ini menciptakan identitas dan ciri khas yang membedakan songkok orang Bone dengan suku-suku lainnya.

3. Kategori dan Jenis Songkok Recca

Songkok Recca memiliki dua jenis utama. Songkok Kabusu dan Songkok Pamiring Pulaweng. Songkok Kabusu polos tanpa campuran serat emas, sementara Songkok Pamiring Pulaweng memiliki tambahan serat emas pada garis pallangga dan bidang panji, yang mencerminkan strata sosial dan digunakan oleh para raja dan bangsawan.

4. Makna dan Simbolisme Motif

Motif pada Songkok Recca memiliki makna dan simbolisme yang mendalam. Misalnya, motif “bunga” pada dinding tengah mewakili dua periode: pra-Islam dan era ke-Islam-an. Motif pra-Islam mencerminkan simbol-simbol dari ajaran tarekat, sementara motif ke-Islam-an biasanya menampilkan lafaz “Allah” dan “Muhammad”.

5. Pentingnya Pallangga sebagai Simbol Status

Garis pada dinding songkok, disebut “pallangga”, menunjukkan status atau strata pemakai. Raja menggunakan songkok dengan 4 pallangga, pangeran dengan 3 pallangga, dan bangsawan biasa dengan 2 pallangga. Penegasan garis pallangga dilakukan dengan patteppo, yang bisa terbuat dari urecca hitam atau rambut ekor kuda.

6. Ragam Motif Panji dan Maknanya

Panji adalah motif pada dinding bawah songkok yang mencerminkan hubungan interaksi sosial dan perlindungan. Tiga jenis utama adalah panji kadang, panji walasuji, dan panji tore-tore, dengan masing-masing memiliki makna dan penggunaan khusus oleh kelompok sosial tertentu, seperti bangsawan, panglima, atau masyarakat umum.

7. Fungsi Sosial dan Budaya Songkok Recca

Songkok Recca tidak hanya berfungsi sebagai penutup kepala, tetapi juga sebagai penanda identitas budaya dan strata sosial. Motif dan bentuknya mencerminkan sejarah, status, serta hubungan antara pemimpin dan rakyat. Sebagai bagian dari budaya Bugis-Makassar, songkok ini menghubungkan tradisi dengan perkembangan masyarakat dari masa ke masa. (*/kta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *