INSPIRASI NUSANTARA– Dongeng tradisional Sulawesi Selatan bukan sekadar hiburan, tetapi juga cerminan kearifan lokal yang sarat dengan pesan moral. Memperingati Hari Dongeng Sedunia yang jatuh pada 26 Februari, momen ini menjadi pengingat pentingnya menjaga warisan budaya lisan yang telah membentuk nilai-nilai kehidupan masyarakat.
Dalam rangka memperingati Hari Bercerita Dongeng pada 26 Februari, penting untuk menyoroti peran dongeng tradisional Sulawesi Selatan dalam menyampaikan pesan pelestarian alam, etika sosial, dan hubungan manusia dengan lingkungan. Kisah-kisah ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media edukasi yang sarat dengan nilai-nilai moral dan kearifan lokal.
Dilansir dari Balai Pelestarian Kebudayaan, Cerita rakyat Sulawesi Selatan adalah pencerminan hidup serta pernyataan sikap dan jalan pikiran masyarakat Sulawesi Selatan turun-temurun
Dengan demikian, dongeng tidak hanya berperan sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai alat untuk membangun kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan sosial dan lingkungan. Keberlanjutan tradisi bercerita ini sangat bergantung pada bagaimana generasi saat ini meneruskan dan mengadaptasi kisah-kisah tersebut dalam kehidupan modern.
Oleh karena itu, memperingati Hari Bercerita Dongeng menjadi momen yang tepat untuk kembali menumbuhkan apresiasi terhadap kekayaan budaya lisan yang sarat makna ini.
Pelestarian Alam dalam Dongeng
Salah satu contoh dongeng Sulsel yang mengandung pesan pelestarian alam adalah kisah “La Dana dan Kerbaunya”. Cerita ini mengisahkan seorang anak petani cerdik bernama La Dana dari Tana Toraja yang menggunakan kecerdasannya untuk mendapatkan bagian daging kerbau lebih banyak dalam sebuah pesta kematian.
Namun, kecerdikannya berubah menjadi kelicikan yang akhirnya merugikan orang lain. Pesan moral dari cerita ini menekankan bahwa kecerdikan harus digunakan dengan bijak dan tidak merugikan orang lain, serta pentingnya menjaga keseimbangan dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Etika Sosial dalam Cerita Rakyat
Dongeng “La Upe dan Ibu Tiri” mengangkat tema etika sosial dan hubungan keluarga. Kisah ini menceritakan seorang anak bernama La Upe yang disiksa oleh ibu tirinya, I Ruga. Suatu hari, La Upe menemukan ikan ajaib yang memberinya mantra untuk mengatasi perlakuan buruk ibu tirinya.
Cerita ini mengajarkan pentingnya memperlakukan orang lain dengan baik dan adil, serta bahwa kejahatan akan mendapatkan balasannya.
Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Cerita “Legenda I Laurang Manusia Udang” menggambarkan hubungan antara manusia dan lingkungan. I Laurang, yang lahir dengan kondisi fisik mirip udang, memiliki keinginan kuat untuk menikahi salah satu putri raja. Meskipun ditolak karena penampilannya, I Laurang tidak menyerah dan terus berusaha.
Kisah ini mengajarkan bahwa penampilan fisik bukanlah penentu nilai seseorang, dan pentingnya menghargai setiap individu serta lingkungan sekitarnya.
Melalui dongeng-dongeng ini, masyarakat Sulawesi Selatan tidak hanya mewariskan cerita, tetapi juga menanamkan nilai-nilai penting tentang pelestarian alam, etika sosial, dan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan.
Peringatan Hari Bercerita Dongeng menjadi momentum untuk mengapresiasi dan melestarikan warisan budaya ini agar terus hidup dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang. (*/IN)