Budaya  

Filosofi Di Balik Warna-Warni Baju Bodo

Filosofi Di Balik Warna-Warni Baju Bodo
BAJU BODO. Filosofi Di Balik Warna-Warni Baju Bodo khas Sulawesi Selatan. (foto:ig/@widi.wardhana)

INSPIRASI NUSANTARA–Baju Bodo, pakaian tradisional dari Sulawesi Selatan, tak hanya terkenal karena keindahan dan keunikan bentuknya. Warna-wani Baju Bodo juga sarat akan filosofi.

Warna pada Baju Bodo tidak hanya sebagai pilihan estetika. Setiap warna yang digunakan menyimpan pesan tentang usia dan status sosial si perempuan dalam masyarakat Sulawesi Selatan.

Sebuah penelitian berjudul The Color Concept of Baju Bodo as Traditional Clothing at Schools in Makassar: Philosophical Perspective and Ethno-Policy Framework mengungkap bahwa konsep warna dalam Baju Bodo mengikuti aturan adat masyarakat Sulawesi Selatan, misalnya warna hijau khusus dikenakan oleh para putri bangsawan Bugis. Sama seperti warna biru, lavender, oranye dulunya digunakan oleh wanita bangsawan khusus.

Menurut Sani, seorang indo’botting atau penyelenggara acara pernikahan dalam masyarakat Bugis, aturan warna yang dulu ketat kini lebih fleksibel dan bergantung pada selera pribadi. “Tidak ada lagi batasan warna untuk pakaian atau aksesori pengantin seperti dulu. Semua orang bebas menggunakan warna sesuai selera, termasuk warna hijau yang dulunya hanya dipakai para bangsawan,” ujarnya, dikutip dari Jurnal Ilmiah Pendidikan, Dinamika.

Baju Bodo telah bertransformasi menjadi simbol kebebasan dan kreativitas. Kini, setiap individu dapat mengenakan Baju Bodo dengan penuh bangga, tanpa terikat oleh norma-norma lama, sekaligus menjaga dan merayakan warisan budaya. Seiring perkembangan zaman warna-warna ini umum digunakan oleh wanita Bugis dalam berbagai acara pernikahan.

Berikut ini adalah beberapa makna dari warna pada Baju Bodo.

Baju Bodo Jingga : Digunakan oleh anak perempuan yang masih kecil, berusia di bawah 10 tahun.

Baju Bodo Jingga dan Merah : Biasanya dikenakan oleh anak perempuan berusia 10-14 tahun, menjelang usia baligh.

Baju Bodo Merah : Melambangkan gadis remaja berusia 17 hingga 25 tahun.

Baju Bodo Putih : Menunjukkan bahwa pemakainya berasal dari kalangan pembantu atau dukun.

Baju Bodo Hijau : Menandakan pemakainya adalah perempuan bangsawan.

Baju Bodo Ungu : Melambangkan seorang janda.

Namun, seiring berjalannya waktu, makna warna dalam Baju Bodo tidak lagi terbatas pada usia atau status sosial. Kini, siapa pun bisa mengenakan Baju Bodo dalam berbagai warna, tanpa terikat oleh aturan tradisional. Perubahan ini memberikan ruang bagi setiap individu untuk mengekspresikan diri, menggabungkan kreativitas, dan menjadikan Baju Bodo sebagai simbol kebebasan serta kebanggaan akan identitas budaya.

Baju Bodo kini lebih sering dilihat sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya Sulawesi Selatan, serta sebagai media untuk merayakan keberagaman dan kesatuan. Tidak lagi sekadar lambang status, Baju Bodo kini menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan diri dalam dunia yang semakin terbuka, memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk mengenakan warna yang sesuai dengan selera dan kepribadiannya. (fit/in)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *