INSPIRASI NUSANTARA– Kabupaten Bulukumba, selain dikenal dengan destinasi wisata yang memukau, juga memiliki ragam kuliner khas yang menggugah selera. Salah satunya adalah jagung marning, camilan tradisional yang telah menjadi ikon daerah ini.
Terbuat dari biji jagung yang direbus, dikeringkan, dan digoreng hingga renyah, jagung marning menawarkan perpaduan rasa manis dan asin yang seimbang. Kini, camilan ini telah berinovasi dengan berbagai varian rasa, seperti jagung bakar, barbeque, balado, pedas manis, keju asin, dan lainnya, yang semakin menarik minat konsumen.
Bulukumba juga memiliki potensi besar dalam produksi jagung, yang menjadi bahan utama pembuatan jagung marning. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bulukumba, Kecamatan Kajang menjadi penghasil jagung terbesar dengan produksi 41.318 ton pada tahun 2021, menyumbang 34,16% dari total produksi jagung kabupaten.
Produktivitas jagung di daerah ini pun terus meningkat dengan rata-rata 4,368 ton per hektar dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2024, produksi jagung di Sulawesi Selatan, termasuk Bulukumba, mencapai rekor tertinggi sebesar 2,24 juta ton.
Bahan baku utama jagung marning adalah jagung pulut, yang dihasilkan langsung oleh petani lokal. Jenis jagung ini memiliki tekstur kenyal dan daya simpan yang baik, sehingga cocok diolah menjadi camilan.
Menurut sejarawan Muhammad Arif, M.Hum., jagung marning awalnya tercipta dari ketidaksengajaan. “Seorang ibu rumah tangga di Bulukumba, saat mengolah jagung, tidak sengaja menghasilkan camilan ini. Ia membagikan hasil olahannya kepada tetangga, hingga akhirnya camilan tersebut dikenal luas dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Bulukumba,” jelasnya.
Kini, jagung marning tetap eksis dan terus berinovasi dengan berbagai rasa untuk memenuhi selera masyarakat.
Salah satu pelaku usaha jagung marning, Andi Andri, mengungkapkan bahwa bisnis ini memberikan kontribusi besar bagi perekonomian lokal. “Usaha ini membantu industri rumah tangga di Bulukumba. Selain menciptakan lapangan kerja, jagung marning juga mendorong kreativitas masyarakat,” ujarnya.
Ia berharap camilan ini dapat semakin dikenal, tidak hanya sebagai kebanggaan Bulukumba tetapi juga mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional.
Jagung marning bukan sekadar camilan, tetapi juga simbol kreativitas dan inovasi masyarakat Bulukumba. Bagi para wisatawan, mencicipi dan membawa pulang jagung marning menjadi pengalaman tak terlupakan yang memperkenalkan kekayaan rasa khas daerah ini.
Dengan berbagai varian rasa dan kerenyahannya, jagung marning menjadi pilihan ideal untuk dinikmati sendiri atau dibagikan kepada keluarga dan teman.
Ketika Anda berkunjung ke Bulukumba, jangan lupa untuk mencoba camilan khas ini dan mendukung industri lokal yang terus berkembang. (*/IN)
Penulis: A. Arifatul Adilah