back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
26.4 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

ChatGPT dan AI: Menggali Jejak Karbon di Balik Kecanggihan

Inspirasinusantara.id -- Di balik satu pertanyaan yang kita ketik ke ChatGPT, tersembunyi aliran listrik dan tetesan air yang bekerja diam-diam. Teknologi ini memang mengagumkan,...
BerandaBudayaKearifan Lokal Sulawesi Selatan: Kuang Toraja, Inovasi Tradisional Atasi Krisis Air dan...

Kearifan Lokal Sulawesi Selatan: Kuang Toraja, Inovasi Tradisional Atasi Krisis Air dan Pertanian Berkelanjutan

INSPIRASI NUSANTARA – Kearifan lokal Sulawesi Selatan kembali menunjukkan relevansinya sebagai solusi masa depan. Di Toraja, sistem kuang hadir sebagai inovasi hijau berbasis tradisi yang menjawab tantangan krisis air dan pertanian berkelanjutan.

Kearifan lokal masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan tidak hanya menjadi jawaban atas tantangan keterbatasan lahan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi pertanian modern. Salah satu warisan berharga yang masih lestari hingga kini adalah sistem kuang, teknik pengelolaan air tradisional yang ramah lingkungan.

Dilansir dari situs resmi Indonesia.go.id, istilah to riaja dalam bahasa Bugis berarti “orang dari negeri atas”, merujuk pada masyarakat Toraja yang menetap di dataran tinggi utara Sulawesi Selatan.

Seperti yang dijelaskan antropolog dari Columbia University, Toby Alice Volkman, kondisi geografis Toraja yang berbukit-bukit membuat lahan pertanian subur menjadi terbatas. Namun, dengan kecerdasan ekologis, mereka menciptakan sistem kuang sumur tadah hujan yang juga berfungsi sebagai kolam budidaya ikan air tawar.

Kearifan Lokal Sulawesi Selatan yang Ramah Lingkungan

Masyarakat Toraja dikenal piawai menaklukkan lanskap yang sulit. Kuang biasanya digali sedalam dua meter di tengah sawah tadah hujan.

Saat musim hujan tiba, air ditampung sebagai cadangan untuk musim kemarau. Air tersebut tidak hanya digunakan untuk mengairi lahan pertanian, tetapi juga untuk kebutuhan ternak dan budidaya ikan.

Biasanya, dalam lahan seluas dua hektare, dibangun tiga kuang dengan fungsi berbeda: satu untuk kebutuhan sehari-hari, satu untuk upacara adat, dan satu lagi sebagai bentuk penghormatan kepada tamu.

Dinding kuang diperkuat dengan bambu, kayu, atau tanaman berakar kuat untuk mencegah longsor. Bentuknya bisa melingkar atau persegi, disesuaikan dengan kontur tanah dan teknik penguatan yang digunakan.

Pelajaran dari Kearifan Lokal Toraja untuk Dunia

Lebih dari sekadar solusi irigasi, kuang adalah sistem ekologis yang mempertahankan keseimbangan lingkungan sekaligus meningkatkan hasil pertanian di lahan terbatas.

Sistem kuang adalah bukti nyata bahwa solusi atas krisis lingkungan tidak selalu harus berasal dari teknologi canggih. Justru, kearifan lokal yang lahir dari pemahaman mendalam terhadap alam bisa menjadi jawaban atas tantangan global seperti kekeringan, degradasi lahan, dan krisis pangan.

Sudah saatnya kita belajar dari kearifan lokal seperti kuang. Tradisi ini bukan hanya milik Toraja, tetapi merupakan warisan Nusantara yang layak didokumentasikan, dilestarikan, dan diperkenalkan sebagai model pertanian berkelanjutan ke dunia. (*/IN)