Melestarikan Budaya Lewat Pendidikan di Sekolah

Melestarikan Budaya Lewat Pendidikan di Sekolah
EKSTRAKURIKULER TARI di SD Inpres Tidung II Kecamatan Rappocini, Makassar. (foto: istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA– Budaya merupakan identitas suatu bangsa yang mencerminkan nilai, norma, adat istiadat, serta cara hidup masyarakatnya. Namun, di tengah arus globalisasi, budaya lokal sering kali terpinggirkan akibat pengaruh budaya asing yang semakin dominan.

Pendidikan dapat menjadi sarana efektif dalam melestarikan budaya dengan mengajarkan siswa tentang sejarah, kesenian, bahasa, dan kearifan lokal yang ada di sekitarnya.

BACA JUGA: Hari Sekolah Tanpa Kekerasan: Kearifan Lokal Sulawesi Selatan Jadi Solusi  

BACA JUGA: Rumah Pendidikan: Inovasi Baru untuk Digitalisasi Pembelajaran di Indonesia

Sejumlah sekolah di Indonesia telah melakukan berbagai inisiatif untuk menjaga dan mengembangkan budaya lokal. Berikut adalah beberapa langkah nyata yang telah diterapkan.

1. Pengajaran Seni Tradisional dalam Kurikulum

Integrasi seni tradisional ke dalam kurikulum sekolah telah menjadi salah satu cara yang efektif dalam melestarikan budaya. Seni tradisional seperti tari daerah, musik gamelan, atau seni rupa batik dapat diajarkan di kelas seni dan budaya. Dengan pembelajaran yang interaktif, siswa tidak hanya belajar tentang teknik berkesenian tetapi juga memahami nilai dan filosofi yang terkandung di dalamnya.

Sebuah penelitian dalam Journal of Islamic Education menunjukkan bahwa pengajaran seni tradisional dalam kurikulum mampu meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Selain itu, pembelajaran ini juga meningkatkan kreativitas serta rasa bangga siswa terhadap identitas daerahnya.

2. Kegiatan Ekstrakurikuler Berbasis Budaya Lokal

Selain melalui kurikulum, pelestarian budaya juga dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Beberapa sekolah telah menyediakan klub seni budaya yang berfokus pada tarian daerah, musik tradisional, dan teater rakyat.

Sebuah studi dalam Jurnal Pendidikan mengungkapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler berbasis budaya tidak hanya membantu siswa mengenal budaya lokal, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap pembentukan karakter, disiplin, dan rasa kebersamaan. Siswa yang aktif dalam kegiatan ini cenderung lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya mereka.

3. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, sekolah-sekolah di Indonesia kini menerapkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Salah satu tema yang diusung adalah “Kearifan Lokal,” yang mendorong siswa untuk mengenali dan memahami budaya daerah mereka.

Menurut penelitian dalam Sainsteknopak: Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, dan Pembelajaran mengungkapkan bahwa proyek ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan eksplorasi budaya dengan cara yang lebih aktif, seperti membuat dokumentasi tentang upacara adat, melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, atau mempelajari makanan khas daerah. Dengan metode ini, siswa lebih terlibat secara langsung dalam pelestarian budaya dan memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna.

4. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Metode pembelajaran berbasis kearifan lokal telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu. Guru mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam berbagai mata pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bahasa Indonesia, atau Seni Budaya.

Dalam sebuah penelitian di Journal of Social Studies, dijelaskan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang sejarah dan budaya daerahnya sendiri. Selain itu, pembelajaran berbasis kearifan lokal juga dapat memperkuat identitas dan menanamkan rasa memiliki terhadap budaya sendiri.

5. Pendidikan Kebudayaan di Sekolah Dasar

Pelestarian budaya sebaiknya dimulai sejak usia dini, terutama di tingkat sekolah dasar. Anak-anak memiliki daya ingat yang kuat dan lebih mudah menyerap nilai-nilai budaya jika diperkenalkan sejak kecil.

Dalam Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, disebutkan bahwa pendidikan budaya sejak dini dapat membantu membentuk karakter anak yang lebih menghargai budaya sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengenalkan cerita rakyat, permainan tradisional, lagu daerah, serta seni dan kerajinan khas daerah kepada siswa.

Pendidikan memiliki peran strategis dalam melestarikan budaya lokal. Berbagai metode, seperti integrasi seni tradisional dalam kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler berbasis budaya, proyek P5, pembelajaran berbasis kearifan lokal, serta pendidikan kebudayaan sejak dini, telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran dan kecintaan siswa terhadap budaya mereka.

Melalui upaya-upaya ini, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar akademik, tetapi juga menjadi pusat pelestarian budaya yang dapat menjaga identitas bangsa dari arus globalisasi. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan kebudayaan, diharapkan generasi mendatang akan terus menjaga, menghormati, dan melestarikan warisan budaya Indonesia. (*/IN)

Referensi
• Fidhea, A., Widodo, A., Anar, S., Nursaptini, Sutisna, & Erfan. (2020). Melestarikan Kembali Budaya Lokal Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar. Cakrawala: Jurnal Pendidikan, 14(2), 150-157. https://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/download/4411/1708

• Fadli, M. R. (2020). Melestarikan Budaya dan Kearifan Lokal Melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sainsteknopak: Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, dan Pembelajaran, 4(2), 45-58. https://ejournal.unhasy.ac.id/index.php/SAINSTEKNOPAK/article/download/8376/3621/18537

• Yusria, I. (2021). Upaya Guru dalam Melestarikan Nilai Kebudayaan Lokal melalui Mata Pelajaran IPS di MTs Kebunrejo Kabupaten Banyuwangi. Heritage: Journal of Social Studies, 2(2), 175-190. https://media.neliti.com/media/publications/395183-none-44cc2a2c.pdf

• Rusdiansyah. (2020). Pendidikan Budaya: Di Sekolah dan Komunitas/Masyarakat. IQRO: Journal of Islamic Education, 3(1), 45-58. https://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/iqro/article/view/1430/1001

• Amirin, T. M. (2012). Implementasi Pendekatan Pendidikan Multikultural Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 1(1), 1-16. https://journal.medpro.my.id/index.php/jsd/article/view/169

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *