back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
28.3 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Tempat Wisata Alam Ini Tawarkan 5 Air Terjun Spektakuler di Sulsel

Inspirasinusantara.id -- Tempat wisata air terjun di Sulawesi Selatan menyimpan pesona tersembunyi yang belum banyak dijamah pelancong. Dalam peringatan Hari Air Terjun Sedunia pada...
BerandaBudayaPassapu dan Patonro: Kearifan Lokal Sulsel yang Tetap Hidup di Tengah Zaman

Passapu dan Patonro: Kearifan Lokal Sulsel yang Tetap Hidup di Tengah Zaman

INSPIRASI NUSANTARA–Kearifan lokal Sulsel tercermin indah dalam warisan budaya Makassar, salah satunya adalah Passapu dan Patonro penutup kepala tradisional yang dibuat dari lilitan kain. Keduanya bukan sekadar aksesori, melainkan lambang jati diri dan status sosial masyarakat Makassar yang telah hidup sejak abad ke-7.

Kearifan lokal Sulsel juga tampak dalam keunikan Passapu yang, meski memiliki kemiripan dengan budaya Melayu dari Sumatera, Padang, hingga Malaysia, tetap menampilkan karakter khasnya sendiri. Setiap wilayah mungkin mengenal tradisi penutup kepala, namun nama, filosofi, serta cara pemakaiannya berbeda-beda dan memperkaya khazanah budaya masing-masing.

Dilansir dari Wikipedia, kearifan lokal Sulsel bahkan terpatri dalam perjalanan sejarah bangsa, sebagaimana, di mana Passapu dikenakan oleh Sultan Hasanuddin pahlawan besar Makassar yang sosoknya diabadikan dalam prangko resmi Republik Indonesia.

“Kearifan lokal Sulsel semakin kuat terlihat pada masa pemerintahan Raja ke-10 Kerajaan Gowa, I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng. Saat itu, Passapu dan Patonro digunakan secara eksklusif oleh kalangan bangsawan (anak daeng karaeng) dan para ksatria (tubarania) sebagai tanda status sosial mereka dalam struktur kerajaan”. Dikutip dari Wikipedia

Baca juga : Kearifan Lokal Masyarakat Danau Tempe dalam Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan

Pesan Tersirat dalam Kearifan Lokal Sulsel dalam penggunaan Passapu

Menariknya, kearifan lokal Sulsel penggunaan Passapu dan Patonro juga mengandung pesan tersirat. Jika dikenakan tegak berdiri, itu adalah tanda kesiapan untuk berperang. Namun, jika posisinya sedikit jatuh atau miring, itu berarti sang pemimpin tengah bersiap menghadiri acara adat.

Pada zaman itu, Passapu melengkapi busana pria Makassar: celana panjang, sarung lipa sa’be garusuk yang dililit hingga lutut, serta baju jas panjang tutu’ la’bu. Kini, Passapu dan Patonro lebih banyak dikenakan dalam acara budaya, penyambutan tamu pemerintahan, pernikahan, hingga pementasan seni.

Meski penggunaannya terbatas, nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya tetap abadi.

Mengenal Ragam Jenis Passapu dan Patonro

Secara garis besar, Passapu dan Patonro terbagi menjadi dua bentuk utama, yang dibedakan berdasarkan model lipatan dan teknik pengikatannya (poto’).

Patonro atau Passapu Patinra

Ciri khas Patinra adalah bentuknya yang menjulang segitiga ke atas, dengan lipatan horizontal di bagian bawah. Biasanya dipakai oleh kalangan bangsawan dan para pemberani kerajaan.

Warna kain yang digunakan identik dengan merah, hitam, kuning, atau motif kotak-kotak putih.

Patonro atau Passapu Padompe

Padompe memiliki beberapa varian lagi, yaitu putara padompe, putara bereng-bereng, dan putara paerang.

Putara padompe dikenakan para hulu balang kerajaan.

Putara bereng-bereng lazim digunakan oleh anak-anak bangsawan dan pemberani.

Putara paerang khusus dikenakan oleh Anrong Guru Pakarena, guru atau pemimpin tarian tradisional Makassar.

Baca juga : Senjata Tradisional Khas Sulsel yang Estetik, Begini Fungsinya!

Variasi Ikatan: Simbol Keindahan dan Keterampilan

Passapu juga dikenal dengan keragaman gaya ikatannya, yang masing-masing memiliki nilai estetik dan filosofis tersendiri:

Poto Bate’
Simpul dasar yang menyerupai ikatan sederhana namun kuat.

Poto Nabbi
Teknik ikatan yang menyerupai tangan yang bersedekap, disebut sikalu’ dalam bahasa Makassar, melambangkan rasa hormat dan keanggunan.

Poto Putara
Lilitan sederhana yang langsung mengitari kepala, memperlihatkan kesan tangkas dan lugas.

Di balik simpul dan lilitannya, Passapu dan Patonro mengajarkan banyak hal tentang keberanian, kehormatan, kesopanan, serta keteraturan sosial. Ia adalah bukti nyata betapa dalamnya kearifan lokal yang tumbuh di tanah Makassar, terus diwariskan dari generasi ke generasi sebagai identitas budaya yang tak lekang oleh waktu. (*/IN)