INSPIRASI NUSANTARA — Di tengah kekhawatiran akan hilangnya spesies di seluruh dunia, harapan mulai tumbuh dari pertemuan internasional penting yang sedang berlangsung di Kolombia. Para pejabat menyatakan bahwa pembicaraan untuk “menghentikan dan membalikkan” hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030 telah menunjukkan kemajuan yang sangat baik. Pernyataan ini datang saat Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati mencapai titik tengahnya di Cali, Kolombia.
Pertemuan ini, yang berfokus pada tema “Perdamaian dengan Alam,” membawa pesan penting bagi seluruh dunia: kita masih memiliki kesempatan untuk melindungi alam dan memperbaiki hubungan kita dengan planet ini.
Upaya global ini didorong oleh komitmen bersama untuk mencapai 23 tujuan perlindungan alam yang telah disepakati di Kanada dua tahun lalu. Presiden COP16, Susana Muhamad, dengan bangga menyampaikan bahwa minggu pertama pertemuan telah menghasilkan kemajuan signifikan, meskipun masih ada tantangan dalam memobilisasi sumber daya.
Kabar baik lainnya datang dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang mendorong 196 negara penandatangan untuk “mengubah kata-kata menjadi tindakan.” Sejauh ini, komitmen senilai US$250 juta telah dikumpulkan untuk Dana Kerangka Keanekaragaman Hayati Global, dengan tujuan ambisius mencapai $200 miliar per tahun pada tahun 2030. Dana ini diharapkan dapat menggerakkan langkah-langkah konkret untuk melindungi keanekaragaman hayati di seluruh dunia, dengan dukungan khusus bagi negara-negara berkembang.
Tidak hanya soal uang, COP16 juga membahas pentingnya pembagian manfaat dari pengetahuan genetika tumbuhan dan hewan, terutama untuk penggunaan medis. Dalam hal ini, Susana Muhamad menyampaikan optimisme bahwa semua pihak bersatu dalam visi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan, dunia dapat bergerak bersama menuju masa depan yang lebih baik.
Dengan lebih dari 23.000 delegasi yang hadir, termasuk hampir 180 menteri dan tujuh kepala negara, ini adalah salah satu pertemuan terbesar dalam sejarah COP keanekaragaman hayati. Para delegasi bekerja keras karena mereka sadar bahwa waktu semakin sempit. Dengan sekitar satu juta spesies yang terancam punah, kita hanya memiliki lima tahun untuk mencapai target melindungi 30 persen wilayah daratan dan lautan pada tahun 2030.
Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), Inger Andersen, menyatakan bahwa kehadiran ribuan orang di Cali membuktikan bahwa dunia tidak tinggal diam dalam menghadapi krisis ini.
“Kami di sini karena kami memahami bahwa kita kehilangan keanekaragaman hayati dengan kecepatan yang tidak berkelanjutan,” ungkapnya dilansir dari thejakartapost.com.
Namun, dia menambahkan dengan optimisme, “Kemajuan di Cali akan memberikan dorongan besar bagi proses selanjutnya.”
Dunia sedang bergerak ke arah yang benar, dan inisiatif ini menunjukkan bahwa ketika kita bersatu, kita mampu menghadapi tantangan besar seperti krisis lingkungan global. Semangat para pemimpin, ilmuwan, dan aktivis di COP16 adalah pengingat bahwa setiap langkah menuju perlindungan alam adalah langkah menuju masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. (*/IN)