INSPIRASI NUSANTARA–Bagi banyak orang, puasa Ramadan bukan sekadar ibadah menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi ruang penyembuhan bagi jiwa yang terluka.
Bulan Ramadan bukan sekadar waktu untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi momen refleksi mendalam yang dapat membantu penyembuhan luka batin. Bagi mereka yang mengalami trauma mental atau gangguan seperti Dissociative Identity Disorder (DID), menjalankan puasa di bulan ramadan bisa menjadi terapi spiritual yang memberikan ketenangan serta meredakan trauma mental.
BACA JUGA: Menu Buka Puasa Jus Jagung Muda, Punya Khasiat Besar!
Dr. Reno Diqqi Alghzali, M.Psi, dosen IAIN Curup Bengkulu, dalam sebuah artikel menjelaskan bahwa dalam Psikologi Islam, puasa adalah latihan spiritual yang mengajarkan pengendalian diri, disiplin, dan pengembangan kesadaran diri. Praktik puasa Ramadan ini membantu individu mengelola emosi, menenangkan pikiran, serta mempererat hubungan dengan Allah SWT.
Bagi mereka yang mengalami Dissociative Identity Disorder (DID) dan trauma mental, refleksi spiritual dan puasa yang dilakukan selama Ramadan dapat menjadi langkah awal dalam proses penyembuhan.
Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental
Puasa di bulan ramadan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan mental, terutama bagi mereka yang mengalami trauma mental dan Dissociative Identity Disorder (DID). Saat menjalankan puasa, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon endorfin yang berperan dalam memperbaiki suasana hati dan mengurangi stres.
Dalam buku The Fast Diet, Michael Mosley menjelaskan bahwa puasa dapat merangsang produksi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), sebuah protein otak yang berfungsi melindungi sel-sel otak dan memiliki efek serupa dengan obat antidepresan. BDNF membantu menurunkan tingkat kecemasan, stres, dan depresi ringan.
Seperti dikutip dari Al Jazeera, Mosley menyebut bahwa manfaat puasa yang ia maksud adalah dalam bentuk time-restricted eating, yaitu pola makan dalam waktu terbatas, seperti yang diterapkan dalam puasa Ramadan.
Hal ini membuat individu lebih tenang serta mampu mengelola kecemasan dengan lebih baik selama puasa Ramadan, sehingga proses pemulihan dari Dissociative Identity Disorder (DID) dan pengalaman trauma mental dapat berlangsung lebih efektif.
Puasa Ramadan sebagai Momen Penyembuhan Trauma Mental
Bagi mereka yang mengalami trauma mental, puasa di bulan Ramadan bisa menjadi waktu yang tepat untuk memulai proses pemulihan. Dengan menjalani puasa, seseorang dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres, sehingga dapat mengurangi gejala Dissociative Identity Disorder (DID) dan gangguan psikologis lainnya.
Selain itu, dukungan sosial dari keluarga dan komunitas selama puasa Ramadan juga memberikan rasa keterhubungan dan keamanan yang esensial bagi pemulihan mental dari trauma yang mendalam.
Dengan refleksi spiritual melalui puasa Ramadan, pengendalian emosi, serta dukungan sosial yang lebih kuat, bulan suci ini menjadi kesempatan unik untuk menyembuhkan luka batin. Bagi mereka yang berjuang menghadapi Dissociative Identity Disorder (DID) dan trauma mental, puasa Ramadan bisa menjadi titik awal transformasi menuju kesehatan mental yang lebih baik. (fit/IN)