IN, MAKASSAR – Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono mengajak para peneliti baik dari lembaga riset perguruan tinggi maupun industri untuk mengajukan proposal penelitian. Hal tersebut dikarenakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengusulka Rp 699,4 miliar untuk pendanaan riset dan inovasi 2024.
Meneurut Agus, anggaran tersebut akan diserap dari dana abadi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan APBN. Anggaran ini akan diperuntukkan bagi program Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) Kompetisi Rp 500 miliar, RIIM Ekspedisi Rp 137,5 miliar, RIIM Startup Rp 24,9 miliar, RIIM Invitasi Rp 30 miliar, RIIM Kolaborasi Rp 5 Miliar, dan Pengujian Produk Inovasi Kesehatan Rp 2 Miliar.
“Untuk tahun ini kita sudah mengusulkan anggaran kepada LPDP, nilai anggarannya mendekati 700 miliar. Silahkan mendaftar karena ini skema pendanaan yang terbuka secara kompetitif,” sebut Agus, dikutip Minggu 11 Februari 2024.
Lebih lanjut, Agus menyampaikan tiga fungsi BRIN yang perlu diketahui, yakni penyedia dukungan kebijakan untuk pemerintah dan lembaga, sebagai badan pelaksana, dan sebagai lembaga pendanaan. Ia menyampaikan bahwa terdapat perubahan dalam pola skema pendanaan tahun 2024.
Selanjutnya, proposal yang diterima harus mengikuti batas waktu deadline yang ditetapkan, namun banyak proposal yang masuk pada saat-saat terakhir. Dengan skema pendanaan riset dan inovasi yang tanpa batas waktu ini diharapkan dapat mempercepat proses inovasi dan meningkatkan partisipasi peneliti di Indonesia.
“BRIN akan membuka skema pendanaan yang berlaku sepanjang tahun, sehingga memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengajukan proposal kapan pun mereka memiliki ide,” ungkapnya.
Selain itu, Agus menegaskan, proposal yang ditolak akan diberikan feedback kepada peneliti agar mereka dapat memperbaiki proposalnya sebelum mengirimkannya kembali. Skema ini juga akan berbasis sistem rekam jejak dengan minimal tiga reviewer untuk setiap proposal.
“Kita sudah memiliki 300-400 reviewer yang sudah terregistrasi, dan mungkin nanti kita akan buka kembali untuk menambah reviewer kami, apabila nanti proposal yang masuk cukup banyak,” ujarnya.
Menurtu Agus, jumlah proposal yang masuk menjadi indikator kinerja, dengan harapan meningkatkan partisipasi peneliti dari berbagai daerah dan lembaga. Sebagaimana diketahui, tahun 2022 proposal yang masuk kurang lebih 6.000 proposal, sementara tahun 2023 kurang dari 5.000 proposal.
Agus juga menyoroti keberagaman penerima dana RIIM, menunjukkan kesempatan mendapatkan pendanaan tidak terbatas pada lembaga atau institusi besar saja. Ia menekankan bahwa proposal yang baik akan mendapatkan perhatian dari reviewer, tanpa memandang asal institusi.
“Dari data top 10 perguruan tinggi yang mendapatkan RIIM tidak semua PTNBH, bahkan yang menarik Universitas Muhammadiyah Surabaya dari tahun ke tahun itu angkanya naik terus. Ini menunjukkan bahwa siapa pun itu punya challenge, punya opportunity untuk bisa mendapatkan anggaran dari RIIM,” ucapnya.
Di sisi lain, meski para penerima RIIM tersebar secara nasional namun data yang dimiliki sebagian besar masih bertumpu di Jawa dan Sumatra. Sementara dari Indonesia bagian timur ini masih sangat sedikit.
Maka dari itu Agus berharap dengan peluncuran skema baru pendanaan riset dan inovasi yang tanpa batas waktu ini diharapkan dapat mempercepat proses inovasi dan meningkatkan partisipasi peneliti di Indonesia.



