Self-Diagnose dan Self-Care di Kalangan Gen Z: Tren yang Meningkat di Era Digital

Tren Self-Diagnose dan Self-Care di Kalangan Gen Z: Kesadaran atau Risiko Baru?
ILUSTRASI. Tren Self-Diagnose dan Self-Care di Kalangan Gen Z: Kesadaran atau Risiko Baru? (foto:istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA – Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010, juga dikenal sebagai pelopor tren self-diagnose (diagnosis mandiri) dan self-care (perawatan diri).

Fenomena ini mencerminkan peningkatan kesadaran diri, terutama terkait kesehatan mental, meski tetap menyimpan potensi risiko jika dilakukan tanpa panduan yang tepat.

Menurut survei dari Tebra, sekitar 30% Gen Z mengaku pernah mendiagnosis kondisi kesehatan mereka sendiri berdasarkan informasi yang diperoleh dari media sosial. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Millennials yang mencatatkan 26%.

Media sosial seperti TikTok dan Instagram menjadi sumber utama bagi mereka dalam memahami gejala kesehatan, khususnya yang terkait kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

Kemudahan dan Risiko Self-Diagnose

Self-diagnose memberikan keuntungan bagi Gen Z, seperti kemampuan mengidentifikasi gejala lebih awal dan mendorong mereka untuk lebih proaktif terhadap kesehatan.

Bahkan, laporan menunjukkan bahwa 43% dari mereka yang melakukan self-diagnose akhirnya mencari bantuan medis profesional, dengan 82% diagnosis mereka dikonfirmasi oleh dokter.

Namun, risiko tetap ada. Kesalahan diagnosis bisa berakibat fatal, misalnya ketika gejala kecemasan ternyata merupakan tanda serangan jantung.

Selain itu, 35% Gen Z yang menggunakan internet untuk mencari informasi medis cenderung salah memahami gejala atau membuat kesimpulan yang tidak akurat.

Self-Care: Gaya Hidup Baru Generasi Z

Selain self-diagnose, Gen Z juga dikenal aktif dalam menjalankan self-care. Data dari Global Web Index (GWI) menunjukkan bahwa 75% Gen Z menganggap self-care sebagai elemen penting dalam menjaga kesehatan mental mereka.

Aktivitas seperti meditasi, olahraga ringan, dan penggunaan aplikasi mindfulness menjadi bagian dari rutinitas harian mereka.

Beberapa data penting terkait tren self-care di kalangan Gen Z:

– 40% menggunakan aplikasi kesehatan mental seperti Calm dan Headspace.
– 38% memilih membaca buku atau mendengarkan musik sebagai bentuk self-care favorit mereka.
– 25% lainnya memilih liburan domestik sebagai cara untuk mengelola stres.

Namun, tren self-care ini juga dipengaruhi oleh media sosial. Hashtag seperti #selfcare di TikTok dan Instagram telah mencapai lebih dari 2 miliar unggahan, yang terkadang mempromosikan solusi instan tanpa dasar ilmiah.

Edukasi dan Pendekatan Profesional

Para ahli kesehatan menekankan pentingnya edukasi untuk mengurangi risiko dari tren ini. Self-diagnose dan self-care sebaiknya menjadi pintu awal untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan, bukan pengganti konsultasi dengan tenaga medis profesional.

Tren self-diagnose dan self-care di kalangan Gen Z mencerminkan generasi yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental dan fisik.

Meskipun demikian, penting bagi masyarakat, pemerintah, dan tenaga medis untuk memberikan edukasi dan panduan agar mereka dapat memanfaatkan kesadaran diri ini secara positif.

Dengan langkah ini, Gen Z dapat membangun keseimbangan hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan. (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *