Budaya  

Tangga Nada Musik Tradisional Sulawesi Selatan dan Modern Ternyata Beda, Cek Faktanya!

Tangga Nada Musik Tradisional Sulawesi Selatan dan Modern Ternyata Beda, Cek Faktanya!
ILUSTRASI. Tangga Nada Musik Tradisional Sulawesi Selatan dan Modern Ternyata Beda, Cek Faktanya! (foto:istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA – Musik tradisional Sulawesi Selatan dan musik modern ternyata tak hanya ruang lingkup berkembangnya yang berbeda. Keduanya juga berbeda dari segi tangga nada.

Sulawesi Selatan memiliki keunikan dalam penggunaan tangga nada yang menjadi ciri khasnya. Dalam buku Pakkuru Sumange’: Musik, Tari, dan Politik Kebudayaan Sulawesi Selatan karya R. Anderson Sutton (Ininnawa, 2013), dijelaskan bahwa perbedaan antara tangga nada diatonis dan non-diatonis berperan penting dalam membentuk karakteristik musik.

Tangga nada diatonis terdiri dari tujuh nada utama dengan interval satu atau setengah nada. Tangga nada diatonis terbagi menjadi dua jenis, yaitu mayor dan minor.

Tangga nada mayor cenderung menghasilkan suasana ceria, sementara minor menciptakan nuansa melankolis. Tangga nada ini lebih sering digunakan dalam musik modern, termasuk dalam karya-karya kontemporer yang inovatif.

Sebaliknya, tangga nada nondiatonis atau pentatonik hanya mengandalkan lima nada pokok. Tangga nada ini kerap ditemukan dalam musik tradisional yang dimainkan menggunakan alat musik khas daerah.

Di Sulawesi Selatan, tangga nada pentatonik menjadi elemen utama dalam lagu-lagu rakyat. Penggunaan tangga nada ini memberikan sentuhan autentik dan penuh makna budaya.

Tangga nada pentatonik sendiri terbagi menjadi dua, yaitu slendro dan pelog. Slendro menyajikan nada-nada yang gembira dan dinamis dengan susunan 1-2-3-4-5-6-1’ (notasi C–D–E–G–A–C).

Sementara itu, pelog memberikan kesan tenang dan luhur dengan susunan 1-3-4-5-7-1’ (notasi C–E–F–G–B–C).

Kedua tangga nada ini mencerminkan perpaduan harmoni antara tradisi dan modernitas di Sulawesi Selatan. Musik tradisional dengan tangga nada pentatonik tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal, sedangkan tangga nada diatonis membawa inovasi ke dalam dunia musik kontemporer.

Dengan kekayaan ragam tangga nada ini, musik Sulawesi Selatan terus melestarikan warisan leluhur sekaligus membuka peluang bagi kreativitas baru di dunia seni musik. (*/IN)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *