INSPIRASI NUSANTARA– Tenun Bugis, Sulawesi Selatan merupakan warisan budaya yang sarat makna dan keindahan. Kain tenun Bugis mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun.
Kain tenun Bugis salah satunya berupa sarung. Pada masa lampau, selain menjadi pakaian sehari-hari, kain sarung Bugis, digunakan untuk kelengkapan upacara yang bersifat sakral.
Dalam sebuah penelitian, dijelaskan bahwa nilai kebangsawanan seseorang dapat dilihat dari sarung yang dipakainya. Sarung Bugis memiliki tiga
bagian yang ditandai dengan kepala sarung (kafala lifaq), badan sarung (watang lifaq), dan penghias sarung (ida-kida). “Di bagian kepala sarung sutera Bugis, nilai kebangsawanan tampak terlihat,” dikutip dari Jurnal Pangadereng.
Selain tentang nilai kebangsawanan, tenun Bugis memiliki keindahan makna lainnya. Mulai dari motif, cara pembuatan hingga kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya Suku Bugis.
Keindahan dalam Motif
Kain tenun Bugis dikenal dengan pola geometris yang kaya warna, seperti motif bunga, garis, hingga pola khas seperti balo lobang dan balo renni. Setiap motif memiliki arti simbolis, mulai dari harapan akan kesejahteraan, keberanian, hingga kesetiaan. Pemilihan warna pada kain pun tidak sembarangan; warna seperti merah melambangkan keberanian, sementara hijau sering diasosiasikan dengan kesucian dan kedamaian.
Filosofi dalam Pembuatan
Proses pembuatan kain tenun Bugis memerlukan kesabaran, ketelitian, dan ketekunan. Filosofi ini mencerminkan prinsip hidup masyarakat Bugis yang menjunjung tinggi kerja keras dan ketabahan dalam menghadapi kehidupan. Teknik tenun tradisional yang digunakan juga menjadi simbol keterikatan dengan leluhur serta keinginan untuk menjaga warisan budaya.
Makna dalam Kehidupan
Kain tenun Bugis tidak hanya digunakan dalam acara adat seperti pernikahan, upacara adat, atau ritual keagamaan, tetapi juga menjadi identitas sosial. Kain ini menjadi simbol status dan penghormatan, terutama jika digunakan sebagai bagian dari pakaian tradisional seperti baju bodo atau baju la’bu.
Dengan keindahan dan filosofi yang mendalam, kain tenun Bugis tidak hanya sekadar kain, tetapi juga narasi budaya yang hidup. Pelestarian dan promosi kain ini menjadi tugas bersama untuk menjaga warisan luhur nenek moyang. (fit/in)