INSPIRASI NUSANTARA—Sulawesi Selatan, dengan kekayaan budaya dan tradisinya, mengajarkan bahwa ekspresi perasaan tidak selalu harus berupa kata-kata. Di sini, rasa terima kasih dan cinta sering kali lebih dihargai dalam bentuk tindakan daripada ucapan verbal.
Sulawesi Selatan, dengan segala kekayaan budaya dan tradisinya, memiliki cara unik dalam mengekspresikan perasaan. Dua kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari “terima kasih” dan “cinta” sering kali tidak diucapkan. Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk menunjukkan rasa terima kasih dan cinta melalui perbuatan nyata yang lebih mendalam dan menyentuh hati.
Masyarakat Selatan khususnya Bugis, yang dikenal dengan karakter tegas dan penuh kehormatan, menganggap ungkapan verbal seperti terima kasih dan cinta bukanlah hal yang perlu diucapkan secara langsung. Dalam tradisi mereka, penghargaan terhadap sesama lebih sering diwujudkan dalam sikap dan tindakan, seperti membantu tanpa pamrih atau memberikan sesuatu yang bernilai.
Dalam budaya ini, ungkapan verbal bukanlah cara utama untuk menyampaikan perasaan. Nilai kehormatan dan maruah yang tinggi membuat masyarakat Bugis lebih memilih untuk mengekspresikan emosi mereka melalui tindakan, yang dianggap lebih berkesan dan bermakna.
Budaya Bugis: Menyampaikan Apresiasi Lewat Perilaku
Dalam masyarakat Bugis, salah satu suku terbesar di Sulawesi Selatan, kata-kata terima kasih dan cinta tidak sering diucapkan. Buku Manusia Bugis karya Pelras menjelaskan bahwa orang Bugis dikenal sebagai pribadi yang keras namun juga menjunjung tinggi kehormatan.
Di balik sikap yang tegas, mereka juga dikenal ramah dan sangat menghargai sesama, serta memiliki semangat persaudaraan yang tinggi. Mereka lebih memilih untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan cinta melalui tindakan nyata, bukan dengan kata-kata.
Contohnya, penghargaan sering kali ditunjukkan dengan memberikan bantuan konkret atau sesuatu yang memiliki makna bagi orang lain. Begitu pula, cinta tidak selalu diungkapkan secara lisan, namun lebih sering terwujud melalui perhatian dan pengorbanan yang tulus.
Kenapa Kata-kata Itu Tidak Diucapkan?
Salah satu alasan mengapa kata-kata terima kasih dan cinta jarang diucapkan oleh masyarakat Bugis adalah karena nilai tinggi yang mereka pegang terhadap kehormatan dan maruah diri. Hal inilah yang sering membuat mereka enggan menyampaikan perasaan mereka secara verbal.
Sebaliknya, mereka lebih memilih menunjukkan rasa terima kasih dan cinta melalui sikap yang lebih konkret dan bisa dirasakan oleh orang lain. Ini menunjukkan bahwa meskipun kata-kata tersebut jarang diucapkan, perasaan yang mendalam tetap ada dan lebih dihargai melalui tindakan yang lebih berarti.
Perubahan di Era Modern
Meski begitu, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh teknologi, cara berkomunikasi masyarakat Sulawesi Selatan mulai berubah. Generasi muda kini lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan mereka, namun nilai inti dari budaya ini tetap dipertahankan—bahwa ekspresi kasih sayang dan penghargaan lebih berkesan melalui tindakan daripada hanya sekadar kata-kata.
Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, terlepas dari perubahan zaman, inti dari hubungan yang penuh makna tetap terletak pada tindakan nyata yang mencerminkan rasa terima kasih dan cinta, bukan sekadar dalam bentuk ucapan. (fit/in)