INSPIRASI NUSANTARA— Thrifting sedang menjadi gaya hidup yang tengah populer di kalangan Gen Z. Gaya hidup ini dianggap sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Thrifting, atau membeli pakaian bekas di toko-toko thrift, pasar loak, atau secara online, menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan konsumsi fast fashion, yang dikenal merusak lingkungan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Deloitte pada 2022, 75% Gen Z peduli dengan perubahan iklim dan 43% optimis dengan melindungi dan menjaga kesehatan bumi melalui penggunaan barang daur ulang, pembelian barang bekas untuk pakaian dan fitur, dan membeli makanan yang diproduksi secara lokal dan organik.
“Jadi, thrifting-thrifting itu sangat banyak sekarang,” kata Diana Sari pada webinar bertema Apakah Gen z Bergerak Menuju Gaya Hidup Ramah Lingkungan dalam kanal Youtube SaJaBi-Satu Jam Berbincang Ilmu (3/2).
Berikut ini beberapa alasan mengapa thrifting menjadi salah satu cara Gen Z menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan
- Mengurangi Limbah Tekstil
Industri fesyen adalah salah satu penyumbang terbesar limbah tekstil di dunia, di mana jutaan ton pakaian dibuang ke tempat pembuangan sampah setiap tahun. Dengan memilih membeli pakaian bekas, Gen Z membantu mengurangi limbah tersebut. Thrifting memperpanjang umur pakaian, mencegahnya dibuang dan mengurangi kebutuhan untuk memproduksi pakaian baru yang menggunakan banyak energi dan sumber daya alam.
- Mendorong Daur Ulang dan Penggunaan Ulang
Thrifting adalah bagian dari konsep circular economy atau ekonomi sirkular, di mana produk dipakai kembali daripada dibuang. Gen Z yang gemar thrifting mendukung gagasan bahwa pakaian tidak perlu selalu baru dan dapat dipakai ulang oleh orang lain tanpa mengurangi nilai estetik atau fungsional. Ini adalah bentuk konsumsi yang lebih ramah lingkungan karena mengurangi sumber daya yang dibutuhkan untuk produksi barang baru.
- Meningkatkan Kesadaran tentang Konsumsi Berkelanjutan
Thrifting juga membantu meningkatkan kesadaran akan konsumsi berkelanjutan. Gen Z sering menggunakan media sosial untuk berbagi pengalaman thrifting dan membagikan panduan untuk berbelanja secara bertanggung jawab. Mereka menunjukkan bahwa pakaian bekas dapat menjadi pilihan yang trendi dan tidak kalah gaya dibandingkan dengan pakaian baru, sekaligus mengurangi jejak karbon mereka.
- Harga yang Terjangkau dan Ekonomis
Salah satu alasan thrifting populer di kalangan Gen Z adalah harga pakaian yang lebih terjangkau. Namun, alasan ini sering diimbangi dengan kesadaran bahwa thrifting juga memiliki dampak positif pada lingkungan. Gen Z memadukan kepentingan ekonomi dengan tanggung jawab ekologi, membuktikan bahwa gaya hidup berkelanjutan tidak harus mahal.
- Tren DIY dan Kreativitas
Thrifting juga sering dikaitkan dengan tren DIY (Do It Yourself), di mana Gen Z memodifikasi pakaian bekas untuk membuat gaya yang unik dan personal. Dengan memanfaatkan pakaian lama dan mengubahnya, mereka tidak hanya mengurangi konsumsi pakaian baru, tetapi juga mempromosikan kreativitas dan personalisasi dalam mode. Ini semakin memperpanjang siklus hidup pakaian dan mengurangi limbah tekstil.
- Menghindari Produksi Berlebih
Setiap pakaian yang dibeli dari toko thrifting adalah satu pakaian yang tidak perlu diproduksi lagi. Dengan membeli pakaian yang sudah ada, Gen Z berkontribusi pada pengurangan produksi berlebih, yang merupakan salah satu masalah besar dalam industri fesyen global. Overproduksi pakaian tidak hanya menciptakan limbah, tetapi juga memperburuk polusi dan penipisan sumber daya alam.
Dengan demikian gaya hidup thrifting di kalangan Gen Z adalah salah satu bentuk nyata dari kepedulian mereka terhadap lingkungan. Dengan memilih untuk membeli pakaian bekas, mereka menentang praktik konsumsi berlebihan dan fast fashion yang merusak, sekaligus mempromosikan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab. (*/IN)