back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
28.6 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Toyota Auto Show 2025 Makassar Suguhkan Inovasi dan Promo Unggulan 

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id – Toyota Auto Show 2025 siap digelar selama 17 hari penuh, mulai 10 hingga 27 Juli 2025 di Atrium Trans Studio Mall...
BerandalingkunganBMKG Prediksi Cuaca 2025: Kemarau Tak Ekstrem, Tapi Tantangannya Nyata

BMKG Prediksi Cuaca 2025: Kemarau Tak Ekstrem, Tapi Tantangannya Nyata

INSPIRASI NUSANTARA–Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan penting terkait datangnya bulan-bulan terpanas di Indonesia yang diperkirakan terjadi hingga pertengahan akhir tahun.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebutkan bahwa berakhirnya fenomena La Nina menandai dimulainya musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung normal tahun ini.

“La Nina sudah berakhir. Kita akan menghadapi musim kemarau yang berlangsung secara normal. Harapannya, kondisi cuaca tetap kondusif,” ujar Dwikorita dalam pernyataan terbarunya yang dikutip dari CNBC.

Hasil pemantauan BMKG terhadap indeks IOD (Indian Ocean Dipole) dan ENSO (El Nino Southern Oscillation) pada awal Maret 2025 menunjukkan bahwa keduanya berada dalam kategori netral. IOD tercatat di angka -0.31, sementara indeks Nino 3.4 berada di level 0.30, mengindikasikan tidak adanya pengaruh besar dari pola iklim laut. Kondisi ini diperkirakan akan bertahan hingga pertengahan akhir tahun.

Menurut Dwikorita, musim kemarau mulai menunjukkan tanda-tanda sejak Maret dan akan berkembang secara bertahap hingga April. Beberapa wilayah yang akan terdampak lebih awal antara lain bagian timur Lampung, pesisir utara Jawa Barat, pesisir Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

Pada Mei, kemarau diprediksi akan meluas ke wilayah lainnya, termasuk Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, hingga Papua bagian selatan.

Peralihan angin monsun dari Asia ke Australia menjadi pemicu utama perubahan musim ini. Dwikorita pun mengimbau sektor pertanian untuk melakukan antisipasi, termasuk dengan penyesuaian jadwal tanam, penggunaan varietas tahan kering, serta pengelolaan air yang lebih efisien.

Selain itu, peringatan juga diberikan untuk kesiapsiagaan menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah-wilayah yang rawan kekeringan.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menegaskan bahwa musim kemarau 2025 akan berlangsung dengan pola iklim yang cenderung normal, tanpa pengaruh kuat dari El Nino, La Nina, maupun IOD.

“Meski tidak terlalu ekstrem, musim kemarau tahun ini bisa memiliki variasi lokal. Beberapa daerah tetap berpeluang mendapat curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya,” kata Ardhasena. Ia juga menegaskan bahwa kondisi tahun ini tidak akan sekering 2023, namun tetap mirip dengan pola musim kemarau 2024.

BMKG pun mengajak semua pihak, mulai dari petani hingga pengelola wilayah rawan bencana, untuk bersiap menghadapi kondisi cuaca yang meski stabil, tetap menyimpan tantangan tersendiri. (*/IN)