Game MOBA Populer, Permainan Tradisional Sulsel Jadi Alternatif Hindarkan Anak dari Gadget

Game MOBA Populer, Permainan Tradisional Sulsel Jadi Alternatif Hindarkan Anak dari Gadget
MA'BOM. Salah satu permainan tradisional Sulsel yang bisa menjadi alternatif untuk menghindakan anak dari gadget. (foto:wikibooks)

INSPIRASI NUSANTARA – Indonesia kini tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat penggunaan gadget atau gawai tertinggi di dunia. Banyak di antaranya, menggunakan gawai untuk bermain game, terutama Game Multiplayer Online Battle Arena (MOBA).

Menurut laporan terbaru yang dirilis CNBC, masyarakat Indonesia berada di peringkat ketiga dunia dalam penggunaan gadget, dengan total waktu 415 miliar jam dihabiskan untuk menggunakan aplikasi mobile sepanjang tahun ini.

Selain itu, Indonesia juga menempati posisi kelima dalam jumlah pengunduhan aplikasi, mencapai 7,56 miliar kali sepanjang 2023. Riset Omnicom Media Group Asia Pasifik (OMG APAC) menyebutkan bahwa ponsel menjadi perangkat gaming favorit bagi 96% pengguna yang disurvei di Indonesia, dengan 61% di antaranya bermain game setiap hari.

Game MOBA dan Popularitasnya di Kalangan Anak-Anak

Game Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) seperti Mobile Legends, Arena of Valor, atau Dota 2 telah menjadi favorit di kalangan anak-anak dan remaja. Permainan ini menawarkan sensasi kerja sama tim, strategi, serta adrenalin dalam mengalahkan lawan. Namun, di sisi lain, banyak anak menjadi kecanduan, menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, seperti gangguan penglihatan dan obesitas, tetapi juga mengurangi interaksi sosial di dunia nyata.

Untuk mengatasi dampak negatif ini, permainan tradisional Sulawesi Selatan dapat menjadi alternatif yang menarik. Sama seperti game MOBA, banyak permainan tradisional Sulsel mengajarkan strategi, kerja sama tim, dan kompetisi yang sehat, tetapi dengan manfaat tambahan berupa aktivitas fisik dan keterlibatan langsung dengan teman sebaya.

Permainan Tradisional Sulsel Penuh Nilai Strategi dan Interaksi

Sulawesi Selatan memiliki berbagai permainan tradisional yang kaya nilai budaya dan menuntut keterampilan berpikir strategis, serupa dengan konsep yang ditawarkan oleh game MOBA. Berikut beberapa di antaranya:

1. Ma’bom (Benteng)

Ma’bom adalah permainan tradisional Sulawesi Selatan yang dimainkan oleh dua tim. Setiap tim, biasanya terdiri dari empat orang atau lebih, memiliki tugas melindungi sebuah “benteng” yang bisa berupa batu atau tiang, sambil mencoba menyerang benteng lawan. Untuk menang, tim harus menyusun strategi, bekerja sama, dan berlari cepat.

Permainan ini mirip dengan konsep pertahanan dan serangan di game MOBA, di mana setiap pemain memiliki peran dan harus bekerja sama untuk melindungi basis serta menyerang lawan.

2. Maccukke

Maccukke adalah permainan sederhana yang menggunakan alat pengungkit dari kayu atau rotan. Dalam permainan ini, pemain mengungkit potongan kayu kecil ke udara lalu memukulnya sejauh mungkin. Tim penjaga berusaha menangkap kayu tersebut atau melemparnya kembali untuk mendapatkan poin.

Permainan ini membutuhkan konsentrasi, perhitungan, dan kerja sama tim, seperti halnya di game MOBA, di mana pemain harus memperkirakan langkah lawan dan bekerja strategis dengan tim mereka.

3. Enggo-Enggo (Petak Umpet)

Enggo-Enggo adalah versi lokal petak umpet yang melibatkan seorang penjaga yang mencari pemain lain yang bersembunyi. Sebelum mulai mencari, penjaga menghitung hingga 10 dengan mata tertutup, kemudian memanggil “enggo” saat menemukan pemain yang bersembunyi.

Mirip dengan elemen pencarian atau “spying” di game MOBA, permainan ini melatih kemampuan mengawasi dan menyusun taktik untuk menangkap lawan.

4. Ma’santo

Ma’santo dimainkan dengan dua tim yang bertugas melempar batu ke target lawan yang telah disusun. Setiap tim harus menjaga agar batu mereka tidak dihancurkan, sementara mereka juga berusaha merusak susunan batu tim lawan.

Permainan ini mengajarkan strategi menyerang dan bertahan, mirip dengan gameplay MOBA, di mana pemain harus menjaga “turret” sambil menyerang turret lawan.

5. Makkaddaro

Makkaddaro menggunakan tempurung kelapa sebagai alat bermain. Pemain bergiliran menendang, melempar, atau menjepit tempurung untuk mengenai target lawan. Permainan ini memiliki lima tahapan yang menguji ketangkasan, fokus, dan ketepatan.

Tahapan ini sebanding dengan proses leveling di game MOBA, di mana pemain harus menyelesaikan berbagai tantangan untuk menjadi lebih kuat dan mengalahkan lawan.

6. Asing-Asing (Mangasing)

Asing-Asing dimainkan oleh dua tim, dengan masing-masing tim bertugas menjaga petak wilayahnya dan menyerang lawan. Pemain harus gesit menghindari serangan lawan sambil menyusun strategi untuk menang.

Konsep ini sangat mirip dengan gameplay MOBA, yang menuntut penguasaan area dan penghindaran serangan musuh untuk melindungi tim.

7. Bise’-Bise’ang

Dalam permainan ini, dua pemain duduk di dalam sarung yang berfungsi seperti perahu, bekerja sama untuk mencapai garis finis. Gerakan harus sinkron agar perahu “sarung” bisa melaju dengan lancar.

Permainan ini menekankan kerja sama yang baik antar pemain, seperti di game MOBA, di mana keberhasilan tim tergantung pada koordinasi dan sinergi antaranggota.

Mengapa Permainan Tradisional Layak Dicoba?

Permainan tradisional Sulsel tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga memberikan manfaat nyata seperti:

Aktivitas fisik: Anak-anak bergerak lebih banyak sehingga membantu menjaga kesehatan tubuh.

Interaksi sosial langsung: Permainan ini mempererat hubungan dengan teman sebaya melalui komunikasi tatap muka.

Pelestarian budaya: Anak-anak dikenalkan pada nilai-nilai tradisional yang kaya makna.

Permainan tradisional Sulsel seperti Ma’bom dan Bise’-Bise’ang memiliki kesamaan dengan game MOBA dalam hal strategi, kerja sama tim, dan keseruan kompetisi. Namun, permainan tradisional juga melibatkan aktivitas fisik yang menyehatkan dan interaksi sosial langsung, sehingga menjadi alternatif menarik untuk anak-anak agar tidak kecanduan gadget.

Dengan menggantikan waktu bermain game MOBA dengan permainan tradisional Sulsel, anak-anak tidak hanya mendapatkan hiburan tetapi juga pengalaman yang lebih sehat dan bermanfaat. Permainan ini menjadi jembatan antara kesenangan modern dan pelestarian warisan budaya lokal. (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *