INSPIRASI NUSANTARA–Dengan mengangkat cerita lokal yang kaya akan nilai budaya, Gen Z Sulsel berhasil menghadirkan karya yang tak hanya memikat secara visual, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang kehidupan, tradisi, dan tantangan sosial.
Inspirasi film pendek Gen Z Sulsel hadir dalam bentuk karya-karya seperti “Basri & Salma in a Never-Ending Comedy” dan “Benang Merah”, yang mampu memadukan cerita tradisional dengan pendekatan modern. Film-film ini tak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dan menginspirasi generasi muda untuk lebih mengenal budaya mereka sendiri.
Dengan sentuhan narasi yang relevan bagi kehidupan saat ini, kedua film pendek tersebut membuktikan bahwa tradisi lokal bisa terus hidup dan berdampak di tengah kemajuan zaman. Melalui cerita-cerita lokal yang penuh makna, Generasi Z Sulawesi Selatan tak hanya menjadi penjaga tradisi, tetapi juga pelopor transformasi budaya.
Mereka mengemas nilai-nilai kearifan lokal dalam bentuk yang mampu diterima masyarakat luas, bahkan di kancah internasional. Inilah bukti bahwa tradisi tidak harus bertentangan dengan modernitas, tetapi dapat berjalan beriringan dengan inovasi dan kreativitas.
Kisah Kehidupan dan Ekspektasi Kultural dalam Film Pendek “Basri & Salma”
Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah “Basri & Salma in a Never-Ending Comedy”. Film pendek berdurasi 15 menit ini mengisahkan pasangan suami istri, Basri dan Salma, yang bekerja sebagai tukang odong-odong di Kota Makassar.
Di tengah kesederhanaan hidup mereka, tekanan sosial dari keluarga karena belum memiliki anak menjadi isu utama yang diangkat.
Khozy Rizal, sineas muda Makassar sekaligus sutradara film ini, terinspirasi dari fenomena nyata di masyarakat. Menggabungkan kehidupan sehari-hari dengan keresahan terhadap ekspektasi kultural yang sering dihadapi banyak keluarga.
Pesan mendalam tentang penerimaan, cinta, dan perjuangan hidup menjadi daya tarik utama film ini, yang berhasil masuk dalam kompetisi Short Film Palme d’Or di Festival Film Cannes 2023.
Mengemas Tradisi Siri’ dalam Film Pendek “Benang Merah”
Film pendek lainnya, “Benang Merah”, membawa penonton menyelami tradisi lokal Sulawesi Selatan dengan pendekatan yang modern. Karya ini mengangkat nilai budaya Siri’ yang biasanya diidentikkan dengan kekerasan sosial, namun di film ini, tradisi tersebut diinterpretasikan sebagai cara menjaga martabat dan kehormatan.
Indra J Mae, sutradara “Benang Merah”, memilih menggunakan bahasa daerah khas Jeneponto untuk memperkuat keaslian cerita karena ingin menunjukkan bahwa tradisi lokal bisa tetap hidup di tengah modernitas, asalkan dikemas dengan cara yang relevan bagi generasi muda.
Dengan konsep drama romantis yang menggugah, film ini menjadi pengingat bahwa nilai tradisi bisa menjadi solusi dalam menghadapi konflik kehidupan.
Generasi Z dan Transformasi Cerita Lokal
Kedua film ini menjadi contoh bagaimana generasi Z di Sulsel menggunakan media kreatif untuk mengenalkan budaya lokal sekaligus menyampaikan pesan mendalam. Mereka berhasil menghadirkan tradisi dalam narasi yang segar dan menarik, membuktikan bahwa budaya tidak harus terlupakan di tengah kemajuan zaman.
Film-film pendek seperti “Basri & Salma in a Never-Ending Comedy” dan “Benang Merah” menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus menggali potensi cerita lokal. Dengan pendekatan yang modern dan berdaya tarik global, karya-karya ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga media edukasi dan pelestarian tradisi.
Sulawesi Selatan, melalui generasi Z-nya, menunjukkan bahwa tradisi dan budaya lokal bukanlah hal yang kaku. Melalui film, cerita-cerita ini bisa hidup, menyentuh hati penonton, dan menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan. (fit/in)
