Ragam  

“Jam Koma”, Fenomena Tidur Panjang di Balik Jadwal Sibuk Gen Z

ILUSTRASI. (Foto: IST)

INSPIRASI NUSANTARA— “Jam koma” saat ini tengah menjadi istilah yang tren di kalangan generasi Z atau Gen Z. Jam koma merupakan istilah yang dipakai dengan nada bercanda atau hiperbolis untuk menggambarkan periode tidur yang sangat lama atau tidur yang terjadi setelah seseorang merasa sangat lelah.

“Jam koma” adalah istilah slang atau bahasa gaul yang digunakan Gen Z di media sosial untuk merujuk pada istirahat panjang yang tampak seperti orang yang “tak sadarkan diri”, meski tidak benar-benar dalam keadaan koma medis. Biasanya jam koma dilakukan oleh Gen Z setelah begadang, melakukan aktivitas fisik berat, atau kurang tidur dalam jangka waktu tertentu.

Generasi Z yang tumbuh dalam era digital dan teknologi memiliki gaya hidup yang dinamis dan seringkali sibuk. Mulai dari tuntutan akademis, pekerjaan, hingga aktivitas sosial di dunia nyata maupun virtual, mereka kerap kali mengorbankan waktu tidur untuk mengejar produktivitas atau sekadar menikmati hiburan. Akibatnya, banyak dari mereka yang menemukan diri mereka terjebak dalam fenomena “jam koma”—tidur panjang yang terjadi setelah periode kelelahan ekstrem.

Jadwal Sibuk dan Budaya Begadang

Salah satu faktor utama yang memicu jam koma di kalangan Gen Z adalah budaya begadang. Aktivitas seperti maraton menonton serial, bermain game online hingga larut malam, hingga mengerjakan tugas-tugas sekolah atau kuliah secara last minute, membuat tidur terpaksa ditunda. Meskipun banyak yang sadar akan pentingnya tidur cukup, tekanan untuk terus aktif dan produktif sering kali mengalahkan kebutuhan biologis mereka untuk beristirahat.

Tidak hanya itu, keberadaan media sosial yang terus aktif 24/7 juga mendorong kebiasaan FOMO (Fear of Missing Out), di mana para Gen Z merasa perlu terus terhubung dan tidak ingin ketinggalan informasi atau tren terbaru. Akibatnya, mereka sering tidur sangat larut, dan akhirnya butuh waktu tidur yang lama untuk memulihkan diri, yang disebut dengan “jam koma.”

Dampak Kesehatan dari Tidur Panjang

Meskipun fenomena “jam koma” sering dianggap sebagai solusi untuk mengejar kekurangan tidur, pola ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Tidur yang tidak teratur, atau seringkali kurang selama beberapa hari dan kemudian tidur berlebihan, dapat mengganggu ritme sirkadian, atau jam biologis tubuh. Hal ini bisa menyebabkan kelelahan berkepanjangan, gangguan suasana hati, dan bahkan berpengaruh terhadap konsentrasi serta produktivitas jangka panjang.

Pola Tidur yang Sehat vs. Jam Koma

Untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas padat dan kebutuhan tidur, Gen Z perlu memperhatikan pola tidur yang lebih teratur. Tidur cukup selama 7-9 jam per malam lebih baik untuk kesehatan daripada tidur berlebihan dalam sekali waktu setelah periode kurang tidur. Mengatur waktu tidur dan bangun secara konsisten, serta mengurangi kebiasaan begadang, bisa membantu mengurangi ketergantungan pada “jam koma.”

“Jam koma” mungkin terdengar seperti solusi instan untuk mengatasi kelelahan setelah begadang, tetapi fenomena ini mencerminkan pola tidur yang tidak sehat di kalangan Gen Z. Mengelola waktu dengan baik dan menjaga pola tidur yang konsisten akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang, baik untuk kesehatan fisik, mental, maupun produktivitas mereka. (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *