INSPIRASI NUSANTARA — Kearifan lokal Sulsel bukan hanya cerita masa lampau, tetapi warisan hidup yang terus dipraktikkan masyarakat Makassar dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Di tengah gempuran modernisasi, nilai-nilai ini tetap lestari dalam kebiasaan sehari-hari dari etika tidur hingga cara menyambut pagi.
Di tengah arus modernisasi yang deras, masyarakat Suku Makassar tetap teguh menjaga kearifan lokal Sulsel yang diwariskan secara turun-temurun. Warisan ini tidak hanya berbentuk ajaran spiritual, tetapi juga hadir dalam praktik hidup sehari-hari yang sarat makna kesehatan dan keseimbangan.
Salah satu bentuk nyata dari kearifan lokal Sulsel tersebut terlihat dalam budaya Makassar yang dikenal dengan istilah Baranneng, yaitu wadah penampungan udara yang terbuat dari tanah liat. Baranneng menjadi salah satu karya cipta kuno masyarakat Makassar dan Bugis pada masa lampau yang menunjukkan pemahaman mendalam terhadap keseimbangan alam dan kebutuhan hidup sehat.
Kebiasaan mencuci kaki sebelum masuk rumah juga tercantum dalam pappasang atau pesan-pesan leluhur yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu pappasang dalam Bahasa Bugis berbunyi:
“Punna erokko antama ri balaka, teakotak kaluppa i ambissai bangkeng siagang limannu.” Yang artinya: “Kalau kamu ingin masuk ke dalam rumah, jangan lupa mencuci kaki dan tangan terlebih dahulu.”
Tiga Tata Perilaku Sehat: Sarak-sarak Kearifan Lokal Sulsel
Masyarakat Makassar memegang tiga prinsip dasar dalam menjaga kesehatan yang dikenal dengan istilah sarak-sarak, yakni:
1. Sarak-sarak Attinro
Pedoman tidur sehat yang meliputi pembacaan doa, pijatan ringan sambil membaca basmalah, hingga posisi tidur miring ke kanan. Praktik ini memadukan unsur spiritual dan kebiasaan medis tradisional.
2. Sarak-sarak Ambangung
Tata cara bangun tidur yang menekankan ketenangan jiwa. Dengan menenangkan diri sebelum bangkit dari tempat tidur, tradisi ini dipercaya meningkatkan kesadaran tubuh serta kesiapan mental.
3. Sarak-sarak Naung Abbutta
Etika keluar rumah di pagi hari, seperti tidak berdiri di tengah pintu, tidak menginjak bayangan sendiri, dan menghirup udara pagi secara dalam. Kebiasaan ini diyakini dapat menyegarkan paru-paru dan menyeimbangkan energi tubuh.
Kearifan Lokal Sulsel dalam Pengobatan Tradisional
Dalam hal pengobatan, masyarakat Makassar mengenal dua pendekatan yang berjalan berdampingan: peran sanro (dukun tradisional) dan pengobatan berbasis nilai-nilai Islami. Keduanya saling melengkapi dan mencerminkan dialog harmonis antara budaya lokal dan spiritualitas.
Salah satu warisan tertulis yang memperkuat kekayaan ini adalah Lontarak Pabbura—naskah kuno yang berisi catatan medis masyarakat Bugis-Makassar. Seperti diungkap dalam Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan, naskah ini memuat berbagai metode penyembuhan tradisional, mulai dari penggunaan ramuan herbal hingga terapi berbasis alam.
Belajar dari Serambi Rumah
Di era modern ini, saat dunia terus mencari solusi kesehatan baru, kearifan lokal Sulsel mengingatkan kita bahwa ilmu tidak selalu harus lahir dari laboratorium. Ilmu juga bisa tumbuh dari serambi rumah, dari nasihat orang tua, dan dari budaya hidup yang harmonis dengan alam.
Kearifan lokal sulsel bukan hanya warisan, tapi juga solusi masa kini sebuah pelajaran bahwa menjaga kesehatan sejatinya adalah bagian dari cara hidup yang diwariskan dengan cinta oleh para leluhur. (*/IN)