INSPIRASI NUSANTARA—Melatih kesabaran anak bisa dilakukan lewat olahraga berkuda. Olahraga ini tidak hanya menjadi ajang untuk adu keahlian, tetapi juga bisa menjadi cara untuk membangun hubungan yang tulus.
Dilansir dari Psychology Today , Pengasuhan lembut bukan berarti memanjakan, melainkan membantu anak menemukan kekuatan dalam dirinya dan membangun hubungan yang tulus. Katie Rose Guest Pryal J.D, Ph.D, membagikan pengalamannya saat berkompetisi dalam showjumping (lompat rintang) bersama anaknya.
Katie bercerita bahwa saat putranya tanpa sengaja melewatkan lompatan yang benar, ia didiskualifikasi. Meski kecewa, ia tidak terburu-buru untuk memarahi. Ia justru menyemangati dengan kalimat yang sudah umum seperti, “Aku bangga padamu.”
Ia memberi ruang bagi anaknya untuk merespons kegagalannya sendiri. Setelah diam beberapa saat, si anak menjawab bahwa ia tidak merasa bangga karena kesalahannya.
Momen ini membuka kesempatan untuk membicarakan konsep “pengasuhan yang mendukung otonomi,” atau yang dikenal juga sebagai “parenting lembut.” Berbeda dengan pola asuh konvensional, metode ini mendorong anak untuk memahami dan mengekspresikan perasaan mereka secara jujur tanpa mengharapkan pengakuan atau pencapaian tertentu.
Melalui percakapan tersebut, sang ibu memberikan pesan bahwa anaknya berhak memiliki perasaan sendiri, terlepas dari hasil yang ia raih dalam kompetisi.
Pendekatan seperti ini sangat berarti bagi anak, khususnya anak dengan neurodivergent yang kerap mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial. Mengakui emosi dan menghormati batasan diri mereka dapat membentuk rasa percaya diri yang kokoh.
Dalam dunia yang kerap menuntut kesempurnaan, pendekatan ini menjadi inspirasi bagi banyak keluarga, terutama mereka yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Memahami, mendukung, dan memberikan ruang untuk tumbuh adalah hadiah paling berharga yang bisa diberikan seorang orang tua. (fit/in)