IN, MAKASSAR – Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan, menjelaskan jika saat ini pasar domestik tetap terjaga. Hal tersebut sejalan dengan komitmen Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia.
“Misalnya, diakhir tahun 2023 lalu, BI telah mengakhiri siklus kenaikan suku bunga. Namun, BI belum memulai sikus penurunan suku bunga demi menjaga stabilitas rupiah yang menjadi prioritas BI saat ini,” ucapnya, dikutip Jumat (19/01/2024).
Pasar Ekonomi Global Diprediksi Menguat Berkat Inflasi yang Tetap Terjaga
Hal itu juga didukung oleh siklus penurunan suku bunga BI yang nantinya akan mengikuti perkembangan The Fed, pergerakan rupiah, dan arus masuk modal.
“Penyesuaian akan dilakukan secara bertahap. Secara historis, siklus penurunan suku bunga BI dimulai setelah tingkat suku bunga riil mencapai sekitar 3%,” bebernya,
MAMI juga memperkirakan inflasi di 2024 akan tetap terkendali walaupun terjadi peningkatan harga.
“Meski kenaikan harga pangan dapat berdampak pada inflasi, namun BI menyatakan optimisme,” tuturnya.
Intervensi pasokan pangan yang dilakukan pemerintah diperkirakan akan cukup untuk menjaga inflasi agar tetap berada dalam kisaran target 2,5% ± 1% pada tahun 2024.
Inflasi inti yang terkendali akan membantu mengendalikan inflasi secara keseluruhan,” ujar Katarina.
Selanjutnya, berbicara mengenai nilai tukar rupiah, Katarina menjelaskan, jika tahun ini rupiah akan lebih menarik dibandingkan high yielders Asia lainnya.
Suku bunga riil yang tinggi dan peluang beralihnya kebijakan moneter The Fed ke arah yang lebih akomodatif turut menjadi faktor pendukung bagi rupiah untuk berkinerja lebih baik.
“Namun, tetap ada risiko yang perlu dicermati. Narasi higher for longer menyebabkan imbal hasil obligasi negara maju tetap tinggi. Jika terus berlanjut, hal ini bisa mengakibatkan minimnya aliran dana masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menekan rupiah,” jelasnya.