Budaya  

Mengapa Rambu Solo Sering Digelar di Akhir Tahun? 

Mengapa Rambu Solo Sering Digelar di Akhir Tahun?
RAMBU SOLO. Mengapa Rambu Solo Sering Digelar di Akhir Tahun? (foto:istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA– Upacara Rambu Solo, yang merupakan bagian penting dari tradisi Toraja, sering kali dilaksanakan pada akhir tahun. Salah satu upacara pemakaman terbesar dalam budaya Toraja ini tidak hanya menjadi momen penghormatan terhadap almarhum, tetapi juga berfungsi sebagai ajang berkumpulnya keluarga besar dan masyarakat. Lantas, mengapa banyak keluarga Toraja memilih untuk menyelenggarakan Rambu Solo pada akhir tahun?

Menurut Dr. Damsyik S. Toding, seorang ahli budaya Toraja, ada beberapa alasan mengapa akhir tahun menjadi waktu yang umum dipilih untuk melaksanakan upacara ini. “Pertama, banyak keluarga yang bekerja di luar daerah, seperti di kota besar atau bahkan di luar negeri, dan mereka biasanya pulang saat liburan panjang akhir tahun. Ini menjadi kesempatan untuk mengumpulkan keluarga besar,” ujarnya saat diwawancarai.

Selain itu, Andriani Lulo, salah seorang warga Toraja yang baru saja melaksanakan upacara Rambu Solo pada Desember lalu, menuturkan bahwa cuaca di akhir tahun cenderung lebih bersahabat. “Di Toraja, cuaca pada akhir tahun lebih stabil dan tidak terlalu panas atau hujan deras. Itu memudahkan kelancaran upacara,” ungkapnya, Senin (5/12/2025).

Rambu Solo sendiri melibatkan serangkaian ritual yang panjang, mulai dari persiapan dengan menyembelih hewan ternak seperti kerbau dan babi, hingga prosesi pemakaman itu sendiri yang dilaksanakan dengan penuh khidmat.

Upacara ini juga menjadi momen penting bagi keluarga yang ditinggalkan, karena selain untuk mengenang yang telah wafat, Rambu Solo juga dianggap sebagai jalan menuju keselamatan bagi arwah almarhum.

Rambu Solo dan Aspek Ekonomi Lokal

Selain faktor budaya, ada pula aspek ekonomi yang berperan dalam mengapa akhir tahun dipilih. Di Toraja, penyelenggaraan upacara Rambu Solo membutuhkan dana yang tidak sedikit. Banyak keluarga yang memilih akhir tahun karena lebih mudah mengumpulkan dana untuk upacara besar tersebut.

“Bagi kami yang tinggal di luar Toraja, akhir tahun adalah waktu yang tepat untuk kembali dan turut berpartisipasi dalam upacara. Selain itu, banyak yang sudah mempersiapkan biaya selama setahun,” tambah Andriani.

Kehadiran banyaknya wisatawan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan upacara ini pada akhir tahun. Toraja menjadi destinasi yang menarik bagi para wisatawan yang ingin menyaksikan langsung keunikan budaya dan tradisi upacara Rambu Solo.

Makna di Balik Rambu Solo

Bagi masyarakat Toraja, Rambu Solo bukan sekadar upacara pemakaman. Proses ini adalah simbol penghormatan terakhir yang diberikan kepada orang yang telah meninggal dan bagian dari perjalanan panjang hidup mereka. Selain itu, upacara ini mencerminkan kepercayaan kuat akan kehidupan setelah mati dan ikatan keluarga yang erat.

Menurut Dr. Damsyik, Rambu Solo bukan hanya tentang kematian, tetapi juga tentang kehidupan itu sendiri. “Rambu Solo merupakan wujud rasa syukur atas kehidupan yang telah dijalani oleh almarhum dan juga sarana untuk mempererat hubungan antar generasi,” katanya.

Meskipun demikian, meskipun banyak yang memilih akhir tahun untuk menyelenggarakan Rambu Solo, Dr. Damsyik mengingatkan bahwa tanggal pelaksanaan upacara ini tetap fleksibel dan disesuaikan dengan keadaan keluarga serta faktor-faktor lainnya. “Rambu Solo adalah sebuah keputusan yang sangat pribadi dan berdasarkan pada keadaan keluarga, bukan hanya faktor waktu.” (*/IN)

 

Penulis: Priskawati Pakila’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *