IN, MAKASSAR – Budaya nongkrong telah menjadi bagian penting dari kehidupan Generasi Z sebagai ruang untuk bersosialisasi dan berdiskusi. Aktivitas ini dinilai mampu memberikan dampak positif jika dimanfaatkan secara produktif, meskipun sering dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.
Risna, seorang karyawan administrasi di Respublica, mengungkapkan bahwa nongkrong memberikan peluang untuk mengasah pola pikir dan mendiskusikan berbagai permasalahan di sekitar.
BACA JUGA: Ganti Gaya Hidup Nongkrong di Kafe Dengan Tradisi Sulsel Ini
BACA JUGA: Kopi dan Kolaborasi: Budaya Warkop yang Tetap Relevan Untuk Gen Z
“Gen Z itu lebih suka yang instan, terus lebih mengikuti perkembangan zaman, dan lebih banyak santainya,” katanya saat ditemui di kantornya pada 16 Januari 2025. Ia juga menekankan pentingnya memilih lingkungan sosial yang tepat untuk mendukung pertumbuhan pribadi.
Namun, Risna juga mengingatkan bahwa budaya nongkrong memiliki sisi negatif. Jika tidak diimbangi dengan lingkungan yang mendukung, kebiasaan ini dapat memicu krisis sosial budaya di kalangan Generasi Z, yang sebenarnya dikenal kritis dan penuh potensi. “Semoga hobi dan kesukaan mereka bisa menjadi ladang penghasilan di masa depan,” tambah Risna.
Sementara itu, Saipul, rekan kerja Risna, menyoroti kebiasaan Gen Z yang lebih sering membawa uang tunai saat nongkrong dibanding menggunakan layanan perbankan digital. “Gen Z itu dominan ke pernongkrongan, tapi jarang bawa cash karena merasa lebih menyusahkan,” ujarnya. Ia berharap generasi ini dapat terus mengembangkan bakat dan potensi mereka, menjadikan setiap aktivitas, termasuk nongkrong, lebih bermanfaat.
Meski begitu, stigma negatif terhadap budaya nongkrong masih sering terdengar. Beberapa pihak menganggap kegiatan ini hanya membuang waktu dan uang. Oktafarel (2021) bahkan menyebut bahwa kedai kopi di era modern hanya berperan sebagai tempat sekunder untuk membangun jaringan sosial.
Dengan berbagai pandangan tersebut, penting bagi Generasi Z untuk menjadikan kebiasaan nongkrong sebagai aktivitas yang produktif, baik untuk bersosialisasi maupun pengembangan diri. (*/IN)
Penulis: Priskawati Pakila’