Pelabuhan Paotere: dari Jantung Maritim Makassar ke Destinasi Wisata Bahari  

Pelabuhan Paotere: dari Jantung Maritim Makassar ke Destinasi Wisata Bahari
PELABUHAN Paotere: dari Jantung Maritim Makassar ke Destinasi Wisata Bahari. (foto:inspirasinusantara/priskawati)

IN, MAKASSAR— Di tengah pesatnya modernisasi, Pelabuhan Paotere tetap berdiri sebagai jantung kehidupan maritim di Makassar. Dikenal sebagai pusat perdagangan hasil laut dan tempat berkumpulnya para nelayan, kawasan ini kini semakin ramai dengan kunjungan wisatawan yang ingin merasakan atmosfer pelabuhan tradisional.

Keindahan kapal Pinisi yang berlabuh, hiruk-pikuk transaksi hasil laut, serta kuliner khas berbasis seafood menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Tak hanya itu, banyak wisatawan tertarik untuk merasakan pengalaman berlayar dengan kapal Pinisi atau sekadar menikmati pemandangan matahari terbenam berlatar kapal-kapal nelayan.

Meningkatnya arus wisatawan membawa dampak positif bagi para nelayan dan pedagang di sekitar Pelabuhan Paotere. Daeng Basri, seorang nelayan yang bekerja di pelabuhan ini, mengungkapkan bahwa kehadiran wisatawan memudahkan mereka dalam menjual hasil tangkapan.

“Dulu Paotere hanya ramai dengan kapal nelayan dan pedagang ikan. Sekarang, banyak wisatawan datang melihat kapal Pinisi dan ada juga yang ikut berlayar. Ini bagus untuk kami karena hasil tangkapan lebih mudah terjual,” ujar Daeng Basri, Rabu (05/02/2025).

Selain itu, kawasan kuliner yang menyajikan aneka hidangan laut segar juga mengalami peningkatan pelanggan, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini turut menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar.

Namun, di balik dampak positif yang dirasakan, muncul pula tantangan baru bagi para nelayan. Salah satunya adalah kesadaran wisatawan dalam menghargai aktivitas nelayan yang masih menjadi inti kehidupan di Pelabuhan Paotere.

“Kami senang ada wisatawan, tapi kadang ada yang kurang menghargai kerja kami. Misalnya, mereka berfoto di kapal tanpa izin atau mengganggu saat kami bongkar hasil tangkapan. Kami berharap ada aturan yang lebih jelas agar wisata dan aktivitas nelayan bisa berjalan beriringan,” tambah Daeng Basri.

Selain itu, dengan meningkatnya jumlah pengunjung, kebersihan dan kelestarian lingkungan pelabuhan juga menjadi perhatian utama. Sampah yang berserakan dan pencemaran air laut dapat mengancam ekosistem serta kenyamanan baik bagi nelayan maupun wisatawan.

Daeng Basri berharap adanya regulasi yang lebih baik untuk menjaga keseimbangan antara sektor wisata dan kegiatan nelayan.

Dengan kolaborasi yang baik antara nelayan, pedagang, wisatawan, serta pemerintah daerah, Pelabuhan Paotere dapat terus berkembang tanpa kehilangan identitasnya sebagai simbol kejayaan maritim Makassar. (*/)

Penulis: Priskawati Pakila’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *