back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
32 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Munafri Siap Benahi BUMD Usai Disorot DPRD 

MAKASSAR, inspirasinusantara.id — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, berkomitmen untuk membenahi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) setelah menerima sejumlah catatan kritis dari fraksi-fraksi DPRD...
BerandaTeknologiSopan ke AI: Sekadar Etika atau Investasi Moral Masa Depan?

Sopan ke AI: Sekadar Etika atau Investasi Moral Masa Depan?

INSPIRASI NUSANTARA–Tak hanya manusia, kini AI pun diajak berbasa-basi. Tapi di balik kebiasaan ini, muncul perdebatan menarik tentang etika atau energi mana yang lebih penting dalam hubungan manusia dan mesin?

Kebiasaan mengucapkan “tolong” atau “terima kasih” saat berbincang dengan AI seperti ChatGPT tengah jadi sorotan di dunia maya. Banyak pengguna yang melakukannya sebagai bentuk sopan santun, meskipun lawan bicaranya bukan manusia

Perdebatan ini dipicu oleh cuitan seorang pengguna X (dulu Twitter) dengan akun @tomiinlove. Ia menulis dengan nada iseng, “Penasaran, berapa banyak biaya listrik yang dikeluarkan OpenAI hanya karena orang-orang bilang ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ ke AI mereka?”

Tak disangka, cuitan itu mendapat respons langsung dari CEO OpenAI, Sam Altman. Dengan santai, Altman menulis, “Puluhan juta dolar dihabiskan dengan baik — Anda tidak pernah tahu.” Sebuah jawaban ringan tapi penuh makna, yang seolah menegaskan bahwa menjaga sopan santun tetap layak dilakukan.

70% Pengguna AI Ternyata Sopan, 12% Karena Takut ‘Robot Berontak’

Data menarik datang dari survei Future PLC, perusahaan induk TechRadar, yang dilakukan Februari lalu. Dari lebih dari 1.000 responden, 70% mengaku tetap bersikap sopan saat menggunakan AI.

Yang unik, sekitar 12% di antaranya beralasan bahwa sikap sopan mereka dilakukan sebagai bentuk ‘antisipasi’ jika suatu saat AI memberontak. Lucu, tapi sekaligus mencerminkan kekhawatiran masa depan yang kini mulai dibicarakan banyak orang.

Namun di balik kebiasaan baik ini, ada konsekuensi tersembunyi yaitu beban energi. Setiap pesan yang dikirim ke AI, termasuk kalimat sopan seperti “terima kasih”, tetap dihitung sebagai input yang memerlukan daya pemrosesan tinggi.

Dalam skala besar, hal ini berdampak pada konsumsi energi server yang terus meningkat, dan tentu saja, jejak karbonnya.

Kesopanan Bisa Tingkatkan Kualitas Respons AI?

Becca Caddy, penulis dari TechRadar, mencoba bereksperimen dengan menghapus kebiasaan mengucapkan “terima kasih” saat menggunakan ChatGPT.

Ia justru merasa respons yang didapat jadi kurang memuaskan. Menurut Caddy, permintaan yang disusun dengan sopan ternyata lebih cenderung menghasilkan jawaban yang lebih akurat dan minim bias.

Kesopanan, dalam konteks ini, bukan sekadar etika. Ia mungkin justru menjadi kunci untuk mendapatkan interaksi yang lebih berkualitas dari AI. Bahkan, Caddy menduga, bisa jadi di masa depan AI akan dirancang untuk “lebih menyukai” pengguna yang sopan.

Sopan Tapi Boros Energi: Dilema Masa Kini

Di satu sisi, sopan santun saat menggunakan AI berpotensi memperbaiki interaksi dan hasil yang diperoleh. Di sisi lain, beban energi akibat pemrosesan data jadi kekhawatiran tersendiri di tengah meningkatnya kesadaran terhadap krisis iklim.

Dilema ini kini terbuka untuk didiskusikan: haruskah kita memangkas basa-basi demi efisiensi energi, atau justru mempertahankan etika sebagai bagian dari kemajuan hubungan manusia dan mesin?

Sam Altman sendiri tampaknya memilih untuk tak terlalu khawatir. Dengan menyebut biaya dari kebiasaan sopan itu sebagai “pengeluaran yang baik”, ia seolah memberi pesan bahwa membangun relasi positif dengan teknologi juga layak dihargai. (*/IN)