back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
26.4 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

NasDem Dukung RPJMD Makassar, Tapi Minta Bukti Nyata

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id – Fraksi Partai NasDem DPRD Kota Makassar menyatakan dukungan terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029,...
BerandaPemerintahan"Tanami Tanata" Makassar: Sulap Lahan Tidur Jadi Produktif

“Tanami Tanata” Makassar: Sulap Lahan Tidur Jadi Produktif

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id — Pemerintah Kota Makassar bersiap meluncurkan program “Tanami Tanata”, gerakan urban farming edukasi dan pemberdayaan masyarakat.

Inisiatif ini memanfaatkan lahan terbatas, melibatkan warga dan lembaga pendidikan.

Baca juga: 5 Tanaman Herbal Penjaga Paru-Paru, Salah Satunya Jadi Kuliner Enrekang

“Sejauh ini kami sudah melakukan mitigasi di lahan-lahan,” ujar Koordinator Tim, Andi Fadli Arifuddin, Selasa (10/6/2025).

Ia menambahkan tahun ini akan dimulai pengolahan tanah tahap awal. Dua belas instruktur urban farming sedang disertifikasi.

“Mereka akan menjadi agen perubahan,” kata Fadli.

Program ini ditargetkan berjalan pertengahan tahun, dengan dua pusat kegiatan, “Taman Mini Urban Farming,” dibangun 2026.

“Di sana akan kita sediakan pusat pelatihan, edukasi, wisata,” jelas Fadli.

Program ini juga mendorong pembentukan kelompok urban farming mandiri. Anggaran, kata Fadli, dikoordinasikan dengan dinas terkait, termasuk peluang CSR.

“Urban farming ini fleksibel,” ujar Fadli.

Ia berharap banyak pendamping terlibat demi keberhasilan program jangka panjang ini.

Untuk saat ini, lokasi kegiatan masih menggunakan fasos dan fasum milik Pemerintah Kota Makassar.

“Ke depan, kita juga akan memanfaatkan lahan tidur milik kelurahan, kecamatan, atau instansi lain yang bisa dipinjam pakai,” ujarnya.

Program “Tanami Tanata” juga tidak terbatas pada tanaman pangan, tapi mencakup berbagai subsektor, termasuk tanaman hias dan kegiatan hobi produktif lainnya.

“Tidak semua kecamatan harus menjalankan sektor yang sama,” ungkap Fadli.

Menurutnya, urban farming adalah gerakan jangka panjang yang perlu partisipasi lintas sektor untuk keberhasilan di lapangan. (Andi/IN)