INSPIRASI NUSANTARA–Kearifan lokal Sulsel terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat modern melalui tradisi Songkabala. Tradisi ini merupakan ritual adat yang dilaksanakan sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menolak bala, bencana, maupun malapetaka.
Songkabala merupakan salah satu tradisi kearifan lokal Sulsel yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat modern di Bugis-Makassar. Tradisi ini dijalankan sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menolak bala, bencana, musibah, maupun malapetaka yang diyakini akan menimpa masyarakat setempat.
Biasanya, Songkabala dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu yang telah ditentukan melalui musyawarah bersama, khususnya ketika ada pertanda atau firasat akan datangnya bencana besar. Prosesi pelaksanaan Songkabala dimulai setelah Imam Desa atau Imam Kampung mengumumkan keputusan bersama untuk mengadakan ritual tersebut.
Dilansir dari Action Research Literate, Kearifan lokal Sulsel ini tidak hanya dilakukan ketika ada firasat bencana saja, tetapi juga dapat digelar di waktu-waktu lain dalam rangka memohon keselamatan dan keberkahan. Di kalangan masyarakat Bugis-Makassar, tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun selama ratusan tahun, menjadi bagian dari sistem nilai dan budaya masyarakat yang tidak hanya bermakna spiritual, tetapi juga sosial dan ekologis.
Kearifan Lokal Sulsel yang Masih Terjaga
Kearifan lokal Sulsel Songkabala adalah perwujudan dari bentuk kebijaksanaan lokal masyarakat Bugis-Makassar. Dalam proses pelaksanaannya, banyak unsur budaya yang ikut terlibat seperti bahasa, seni, agama, struktur sosial, hingga pengetahuan lokal.
Pelestarian kearifan lokal ini menjadi bukti bahwa masyarakat Bugis-Makassar sangat menghargai warisan leluhur. Mereka meyakini bahwa menjaga tradisi adalah bagian dari menjaga harmoni kehidupan.
Adat istiadat yang dijalankan memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter masyarakat, seperti sikap saling menghargai, solidaritas, dan tanggung jawab sosial.
Nilai-Nilai Budaya dalam Kearifan Lokal Sulsel Songkabala
1. Gotong Royong
Songkabala dilaksanakan melalui kerja sama seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari pembersihan lokasi ritual hingga penyediaan makanan bersama, semua dilakukan dengan semangat kebersamaan.
Ini menegaskan bahwa gotong royong masih menjadi napas utama masyarakat Minasa Upa.
2. Musyawarah
Penentuan waktu, tempat, dan tata cara pelaksanaan Songkabala selalu diputuskan melalui musyawarah. Ini mencerminkan bahwa masyarakat mengedepankan mufakat sebagai bentuk demokrasi lokal yang tetap terjaga.
3. Sosialisasi Budaya
Tradisi ini menjadi sarana pendidikan budaya bagi generasi muda. Meski mereka belum sepenuhnya terlibat dalam proses pelaksanaan, mereka tetap menyaksikan dan belajar nilai-nilai budaya secara langsung, yang kelak akan mereka warisi dan teruskan.
4. Pengetahuan Lokal
Penentuan waktu pelaksanaan Songkabala didasarkan pada pengetahuan lokal yang diwariskan turun-temurun. Hari-hari seperti Senin, Kamis, dan Jumat malam setelah magrib diyakini sebagai waktu yang tepat untuk memohon perlindungan kepada Tuhan karena dipercaya banyak gangguan gaib terjadi pada waktu tersebut.
5. Estetika Budaya
Songkabala juga mengandung nilai estetika melalui seni budaya yang menyertainya. Dalam setiap ritual, tampak keindahan tata cara, susunan acara, serta busana dan perlengkapan adat yang digunakan. Semua itu memberikan nilai keindahan yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan.
Islam dan Nilai Persaudaraan dalam Songkabala
Nilai ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam menjadi bagian penting dalam pelaksanaan Songkabala. Islam mengajarkan pentingnya menjaga silaturahmi dan saling tolong-menolong, yang juga tercermin dalam pelaksanaan tradisi ini.
Tradisi Songkabala bukan hanya sekadar ritual adat, melainkan bentuk nyata dari kearifan lokal Sulsel yang masih hidup dan menjadi perekat sosial masyarakat Bugis-Makassar. Pelestarian tradisi ini adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur dan identitas budaya yang telah membentuk karakter masyarakat secara kolektif.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Songkabala mengajarkan tentang gotong royong, musyawarah, solidaritas, serta penghargaan terhadap alam dan Sang Pencipta. (*/IN)
SUMBER: Action Research Literate, Songkabala: Tradisi Menolak Bencana Masyarakat Islam Desa Minasa Upa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Irman. Universitas Negeri Makassar.