back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
29.8 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

KPID Sulsel: Perlunya Revisi UU Penyiaran, Perlebar Kewenangan

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id -- Seiring perkembangan teknologi, media penyiaran juga menghadapi tantangan dan peluang baru di era digital. Kemajuan internet, media sosial, dan platform streaming telah...
BerandaNasionalHari Pendidikan Nasional, Mengejar Ketertinggalan di Ujung Negeri

Hari Pendidikan Nasional, Mengejar Ketertinggalan di Ujung Negeri

Save the Children Sisir 249 Sekolah di Daerah 3T Demi Menambal Kesenjangan Pendidikan

IN, Jakarta — Di sebuah sekolah dasar di lereng perbukitan Halmahera Utara, guru-guru bergulat setiap hari bukan hanya dengan kurikulum, tapi juga dengan keterbatasan bahan ajar dan infrastruktur.

Anak-anak belajar membaca di ruang kelas berdinding papan, sementara guru mencoba menyesuaikan materi dengan realitas setempat.

Kondisi ini menjadi potret banyak sekolah di wilayah 3T — tertinggal, terdepan, dan terluar — yang hingga kini masih bergulat dengan ketimpangan pendidikan.

Baca Juga: Krisis Air di Pesisir Makassar: Subuh Baru Mengalir, Siang Mati Total

Data Rapor Pendidikan Indonesia 2024 menunjukkan bahwa tingkat kemampuan literasi dan numerasi di sejumlah provinsi seperti Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Lampung, dan Maluku Utara masih berada dalam kategori sedang hingga kurang.

Di daerah-daerah itu, kurang dari 70 persen siswa mampu mencapai kompetensi dasar membaca dan berhitung.

Melihat kondisi ini, Save the Children Indonesia meluncurkan program KREASI (Kolaborasi untuk Edukasi Anak Indonesia) di 249 sekolah di delapan kabupaten, antara lain Nias Selatan, Nias Utara, Ketapang, Kayong Utara, Pulau Morotai, Halmahera Utara, Tanggamus, dan Pesisir Barat.

Fokusnya adalah memperkuat kemampuan dasar siswa, meningkatkan praktik pengajaran inklusif, serta mendorong perlindungan anak dan kolaborasi multipihak.

Baca Juga: Kearifan Lokal Sulawesi Selatan: Kuang Toraja, Inovasi Tradisional Atasi Krisis Air dan Pertanian Berkelanjutan

“Pendidikan bermutu bukan sekadar soal kurikulum nasional, tapi soal menjawab kebutuhan anak secara utuh dan kontekstual,” kata Dessy Kurwiany Ukar, CEO Save the Children Indonesia.

Belajar di Tengah Keterbatasan

Salah satu temuan penting dari studi situasi yang dilakukan Save the Children adalah minimnya dukungan bagi guru untuk memahami kurikulum holistik. Banyak guru di daerah 3T tidak memiliki pelatihan yang memadai dan sulit mengakses bahan ajar kontekstual.

“Guru seringkali merasa kebingungan menyesuaikan pendekatan pengajaran karena pelatihan hanya berpusat di kota,” ujar seorang fasilitator KREASI di Nias Utara.

Bukan hanya itu, isu seperti pendidikan inklusif, kesetaraan gender, dan perubahan iklim masih jarang disentuh dalam proses belajar. Padahal, dampaknya sangat nyata di lapangan. Di Pesisir Barat, misalnya, cuaca ekstrem kerap mengganggu proses belajar, tapi belum ada integrasi isu iklim ke dalam pelajaran.

Empat Pilar KREASI

Melalui program KREASI, Save the Children Indonesia mendorong empat langkah strategis:

1. Penguatan Kemampuan Fondasi Siswa:
Peningkatan literasi dan numerasi siswa kelas 1–3 SD dilakukan melalui modul kontekstual dan penyusunan bahan ajar yang relevan dengan budaya lokal.

2. Penguatan Praktik Pengajaran Inklusif:
Pelatihan guru dilakukan berkelanjutan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). Fokusnya adalah peningkatan kompetensi mengajar dan pendekatan ramah anak.

3. Perlindungan Anak:
Sekolah didorong membentuk Tim Pengembangan Perlindungan Anak (TPPK) dan menjalankan sistem pelaporan kekerasan. Sosialisasi ke orang tua juga menjadi prioritas.

4. Kolaborasi Multipihak:
Program ini menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, TP PKK, komunitas guru, dan tokoh masyarakat dalam membangun ekosistem belajar yang aman dan menyenangkan.

Harapan dari Ujung Negeri

Di Pesisir Barat, program KREASI disambut antusias. Dian Hardiyanti Dedi, Ketua TP PKK sekaligus Bunda PAUD daerah itu, menilai buku-buku cerita bergambar yang dibagikan tim sangat membantu meningkatkan minat baca anak.

“Anak-anak lebih semangat belajar. Buku yang menarik dan dukungan tim lapangan membuat guru juga lebih percaya diri,” ujarnya.

Sementara di Morotai, Sekretaris Daerah Muhammad Umar Ali menekankan pentingnya memperkuat pendidikan anak usia dini.

“PAUD adalah fondasi. Masa transisi dari rumah ke sekolah harus aman dan menyenangkan,” katanya.

Masih Panjang Jalannya

Program KREASI baru awal dari jalan panjang perbaikan pendidikan di wilayah 3T. Tantangannya bukan hanya soal teknis pengajaran, tapi juga soal kebijakan dan keberpihakan anggaran daerah.

Baca Juga: Kisruh Tambang Pasir di Karossa: Warga Terbelah, Satu Orang Terluka Parah

Apakah program ini akan berlanjut ketika intervensi berakhir? Akankah guru terus didampingi?

Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 menjadi momen refleksi: pendidikan berkualitas tidak boleh hanya milik kota besar. Di pelosok-pelosok yang jauh dari pusat kekuasaan, ada anak-anak yang berhak mendapatkan peluang yang sama.