back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
28.6 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Seni Melawan Krisis Iklim di Makassar

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id — Di sebuah dinding papan tripleks di Gedung PKM UIN Alauddin Makassar, cat warna-warni mengalir dari kuas tangan-tangan muda. Lukisan itu menampilkan...
BerandalingkunganKisruh Tambang Pasir di Karossa: Warga Terbelah, Satu Orang Terluka Parah

Kisruh Tambang Pasir di Karossa: Warga Terbelah, Satu Orang Terluka Parah

INSPIRASI NUSANTARA – Ketegangan di Desa Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, pecah menjadi kekerasan terbuka. Pada Sabtu sore, 26 April 2025, seorang warga mengalami luka serius setelah diserang dengan senjata tajam dalam bentrokan yang dipicu aktivitas tambang pasir milik PT Alam Sumber Rejeki (ASR).

Video amatir yang beredar sehari setelah kejadian memperlihatkan tubuh korban berlumuran darah, dengan luka bacok menganga di lengan, punggung, dan kepala.

Ia kini tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju

“Kami menduga perusahaan dengan sengaja membelah warga menjadi dua kubu: pro dan kontra tambang. Ini bukan sekadar konflik biasa, ada skenario politik adu domba,” kata Fajrin Rahman, pendamping hukum warga Karossa.

Baca juga : Dukung Pendidikan, Pemkot Makassar Libatkan Penjahit Lokal Siapkan Gratis Seragam Sekolah

Ketegangan antara warga dan perusahaan sebenarnya bukan baru terjadi. Sejak November 2024, penduduk dari tiga desa — Karossa, Budong-Budong, dan Silaja — telah menyuarakan penolakan mereka terhadap operasi tambang pasir di muara Sungai Karossa.

Mereka menilai kehadiran tambang mengancam kelestarian lingkungan dan sumber kehidupan mereka sebagai nelayan dan petani.

Penolakan warga sempat memperoleh dukungan politik. Pada 16 Januari 2025, Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di DPRD Provinsi Sulawesi Barat menghasilkan kesepakatan untuk menghentikan sementara aktivitas tambang hingga ada penyelesaian resmi. Namun, keputusan ini seakan tak digubris.

“Sejak kesepakatan itu, kapal-kapal pengangkut pasir masih terus berusaha masuk, terkadang dengan pengawalan aparat,” kata Nurwahidah Jumakir, pendamping hukum lainnya.

Puncaknya terjadi pada Sabtu lalu. Kapal milik PT ASR kembali memasuki muara Sungai Karossa dengan dikawal aparat kepolisian dan sekelompok warga pendukung tambang. Kehadiran mereka memicu kemarahan sebagian besar warga yang menolak aktivitas tersebut. Bentrokan pun pecah.

Dalam kekacauan itu, seorang warga yang diketahui vokal menolak tambang menjadi korban penganiayaan.

Menurut informasi yang dihimpun, pelaku sudah diamankan pihak kepolisian dan dibawa ke Polres Mamuju. Namun, insiden itu tidak serta-merta meredakan ketegangan. Situasi di lapangan justru semakin memanas.

Beberapa unit kendaraan milik pendukung tambang dilaporkan mencoba masuk ke wilayah Desa Karossa. Warga yang menolak tambang bergerak cepat membangun barikade untuk menghalangi mereka.

Bentrokan kecil kembali terjadi di beberapa titik, meski belum berujung korban jiwa tambahan.

“Sejak perusahaan itu hadir, hubungan antarwarga jadi rusak. Ini sudah bukan soal pro atau kontra tambang saja, tapi tentang ancaman perpecahan sosial,” ujar Nurwahidah.

Warga yang menolak tambang menuntut pemerintah bertindak tegas. Mereka mendesak agar izin operasi PT ASR segera dicabut demi memulihkan ketegangan sosial yang terus membara.

Sejumlah aktivis lingkungan yang ikut mengadvokasi warga Karossa menilai apa yang terjadi di sana bukan kasus tunggal.

Abaikan Suara Warga

Model operasi tambang yang mengabaikan persetujuan warga dan potensi kerusakan lingkungan, menurut mereka, menjadi pola umum dalam banyak konflik agraria di Indonesia.

Sementara itu, pihak PT Alam Sumber Rejeki belum memberikan keterangan resmi terkait insiden ini. Upaya konfirmasi kepada manajemen perusahaan hingga berita ini diturunkan masih belum membuahkan hasil.

Baca juga : Melestarikan 7 Kearifan Lokal Sulawesi Selatan di Tengah Modernitas

Polres Mamuju juga mengimbau kedua belah pihak menahan diri dan menghindari aksi-aksi provokatif. Namun, di tengah amarah yang membara, seruan itu terdengar bagai angin lalu di Karossa.