IN, MAKASSAR — Upaya pengendalian stunting di Kota Makassar terus dikembangkan berbagai pihak, termasuk Forum Kemanusian Kota Makassar (FKKM). Salah satu yang diperkuat yaitu program 1 Anak 1 Warung Makan.
Gagasan dari Ketua FKKM, dr Udin Malik tersebut akan menjadi salah program yang dijalankan ketika kedepannya Bapak Asuh Anak Stunting berjalan di Kota Makassar.
Maka dari itu, dr Udin Malik terus menyampaikan ke masyarakat bahwa program 1 Anak 1 Warung Makan tersebut sama halnya sedekah. Program yang dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Hal itu ditegaskan dalam Focus Group Discussion (FGD) di Kelurahan Maradekaya Utara, Kelurahan Lariangbangi, Kelurahan Tompo Balang, dan Kelurahan Timungan Lompoa, Rabu (06/09/2023).
“Harus diketahui bahwa di Makassar tercatat ada sekitar 2.700 anak terdata stunting. Untuk itu bapak walikota menginisiasi program Bapak Asuh Anak Stunting, jadi setiap kelurahan akan ada yang menjadi fokus mengawal stunting dengan merealisasikan berbagai program termasuk 1 Anak 1 Warung Makan ini,” katanya.
Lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Unhas 2013 yang meraih predikat Summa Cumlaude dengan IPK 4.00 itu menjelaskan bahwa pengendalian anak stunting cukup dengan pengawalan pemberian makanan dengan baik.
“Cukup dengan pemberian makanan dengan lauk telur dan ikan secara rutin itu sudah sangat baik,” ucapnya.
Program 1 anak 1 warung makan ini telah terbukti efektif. Berdasarkan uji studi FKKM di Kelurahan Balaparang, program tersebut mampu membantu menaikan berat badan anak yang terdeteksi stunting.
Di kelurahan tersebut dijalankan ke 11 anak, didampingi sembilan relawan, dan didampingi 7 warung. Konsepnya 1 porsi ke 1 anak per hari, apa yang diberikan ke anak tersebut adalah CSR dari warung makan tersebut.
Salah satu warga Maradekaya Utara, Kasmawati menyampaikan bahwa pada dasarnya banyak yang belum paham bagaimana pola asuh anak terutama dalam pemberian makanan. Apalagi bagi anak yang memang tercatat stunting.
“Banyak yang paham bahwa harus daging supaya kecukupan gizi anak bagus, karena terlur dinilai kalau banyak nanti bisul. Ternyata tidak ji, sederhana ji pale kalau kita pahami,” kata Kasmawati. (adn/IN)