Budaya  

Dukung Kedaulatan Pangan Nasional: Nilai-nilai dari Mappadendang Bisa Diterapkan

Rayakan Mappadendang, Ajarkan Ketahanan Pangan
ILUSTRASI. Mappadendang adalah tradisi khas Sulawesi Selatan yang menyambut pesta musim panen. (foto:ig/@yudivisualart)

INSPIRASI NUSANTARA–Mappadendang, sebuah tradisi panen masyarakat Sulawesi Selatan. Tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya ketahanan pangan. Nilai-nilai yang diajarkan bisa diterapkan untuk mendukung kedaulatan pangan nasional.

Mappadendang merupakan tradisi unik penuh suka cita yang menjadi warisan budaya masyarakat petani di Sulawesi Selatan. Ritual ini menjadi bentuk ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen padi, sekaligus momen berkumpul yang mempererat hubungan antarwarga. 

Dahulu, Mappadendang dilaksanakan dengan nuansa sakral di tempat-tempat khusus seperti sawah, halaman Saoraja, atau lapangan yang dianggap keramat. Warga dari kampung sekitar turut hadir untuk merayakan kebahagiaan bersama.

Ritual ini biasanya digelar saat musim kemarau, pada malam hari di bawah sinar bulan purnama, memberikan suasana magis yang tak terlupakan. 

“Tradisi Mappadendang adalah sebuah tradisi unik yang dilakukan masyarakat Bugis sebagai wujud kesyukuran kepada Sang Pencipta atas rezeki berupa limpahan hasil panen padi yang diperoleh. Dan biasanya tradisi ini dilakukan setiap tahun setelah musim panen selesai apalagi jika panennya sangat melimpah, maka akan semakin meriah pesta panen itu diadakan,” dikutip dari Jurnal Phinisi Integration Review.

Perayaan Mappadendang dihiasi dengan berbagai kegiatan tradisional seperti bermain ayunan (mattojang/mappere’), adu layang-layang (mappasajang), pajoge’ (tari tradisional), hingga permainan fisik seperti massempe dan mallanca. Tak lupa, alunan kecapi tradisional menambah semarak suasana. 

Namun, seiring berjalannya waktu, nilai sakral dalam ritual ini mulai bergeser. Kini, Mappadendang lebih sering dilakukan pada siang hari, menjadikannya ajang rekreasi sosial yang terbuka untuk semua kalangan.

Bagi masyarakat modern, Mappadendang bukan lagi sekadar ritual adat, melainkan momentum untuk memperkuat kebersamaan dan merayakan budaya yang diwariskan oleh leluhur. 

Meski nilai sakralnya sedikit memudar, semangat gotong royong dan rasa syukur yang melandasi Mappadendang tetap hidup. Tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan, penghargaan terhadap alam, dan rasa syukur atas karunia yang diterima.

Mappadendang adalah bukti bahwa budaya lokal tetap bisa bertahan di tengah modernitas, memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga warisan leluhur. 

Dengan pelaksanaan yang lebih fleksibel, Mappadendang tetap menjadi simbol kebanggaan masyarakat petani di Sulawesi Selatan. Sebuah tradisi yang tidak hanya merayakan hasil panen, tetapi juga menjaga harmoni sosial dan budaya. (fit/in)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *